Berikut Cerita yang Berjudul "Cerita Dewasa Nikmatnya Ibu Mertua Tetangga Ku"
Aku adalah seorang pria berumur 42 tahun, menikah dan sudah memiliki dua
anak yang lucu-lucu. Setelah membaca kisah-kisah di 96.30.41.93, aku
ingin menceritakan pengalamanku sendiri dengan ibu tetanggaku 3 tahun
yang lalu kepada pembaca sekalian. Selamat membaca.
Setiap sabtu malam minggu aku punya kebiasaan main catur di rumah
tetanggaku. Catur adalah salah satu dari sekian banyak hobiku selain
olahraga, membaca, otak-atik elektronik dan bercocok tanam. Aku biasanya
main catur dengan tetanggaku, seorang bujangan yang rumahnya tak jauh
dari rumahku. Tetanggaku itu tinggal hanya dengan ibunya saja. Kakak
perempuannya sudah menikah, dan tinggal dengan suaminya di lain kota.
Hubunganku dengan sahabatku terjalin sangat akrab, juga dengan ibunya.
Kami saling menghormati satu sama lain, meskipun beda usiaku dengan sang
ibu hanya 5 tahun, dia 5 tahun lebih tua dariku saat itu. Hingga
terjadilah peristiwa itu, yang tak pernah kusangka-sangka sebelumnya.
Peristiwa yang akhirnya mengubah diriku 180 derajat.
Seperti pada sabtu sebelumnya, aku bermaksud main ke rumahnya buat
caturan. Kupamit pada istriku dan segera bergegas ke rumahnya. Udara
malam itu memang dingin sekali akibat hujan lebat selama 2 jam yang
terjadi sore tadi. Singkat kata aku sudah berada di pintu rumahnya.
Kuketuk pintunya, dan tak lama pintu itu terbuka. Ternyata si ibu yang
membukanya.
“Oh Ibu, ada Barinya bu?” tanyaku ramah.
“Nak Surya? oh Barinya lagi pergi tuh…” jawab si ibu sama ramahnya.
“Ke mana, Bu?”
“Ke pesta pernikahan teman SMUnya. Baru aja dia jalan…”
“Oh gitu ya?” sahutku. “Kalau gitu, saya pamit aja deh…”
“Oh, kenapa buru-buru, kan Nak Surya baru sampai?”
“Ah, nggak. Kalau Bari nggak ada, saya pamit aja deh…”
Cerita Sodomi Brutal Imah Gadis Berjilbab
Cerita Dewasa : Anak smp yang paling bohai
Cerita Dewasa : Menikmati Memek Fanny“Ah, jangan terburu-buru begitu. Temani Ibu ya?”
Walau agak heran dengan permintaannya, aku akhirnya menurut juga.
Kuikuti dia masuk. Kamipun tak lama asyik berbincang-bincang di ruang
tamunya. Hingga akhirnya si ibu menawariku kopi.
“Oh iya, Nak. Keasyikan ngobrol jadi lupa nawari minum. Sebentar saya siapkan dulu ya…”
“Ah, Ibu. Nggak usah repot-repot…”
“Ah, nggak kok. Masa repot?” kata si ibu sambil tersenyum ramah. Setelah itu, dia segera beranjak ke dapur.
Sambil menunggu, kuambil koran terbitan hari ini yang tergeletak di meja
tamu lalu kubaca-baca. Sedang asyik kubaca koran itu, tiba-tiba si ibu
memanggil dari dapur.
“Nak… Nak, bisa saya minta tolong?”
“Oh, ada apa, Bu?”
Spontan aku segera beranjak dari sofa itu dan langsung menghampirinya.
Ternyata kompor gas si ibu agak macet dan dia memintaku membetulkannya.
Pas sedang membetulkannya, tak sengaja aku melihat ke arah gundukan
payudara si ibu. Saat itu si ibu sedang membungkuk memperhatikanku yang
sedang sibuk mengutak-atik kompor gasnya yang macet. Apalagi si ibu
hanya mengenakan daster yang belahan dadanya agak rendah. Aku langsung
terpana melihatnya. Selain besar, payudaranya juga tampak ranum dan
kenyal. Tak kusangka perempuan ini masih memiliki payudara seindah itu
di usianya yang tak muda lagi. Pemandangan indah itu membuat Kontolku
mulai tegak membesar dari balik celana jeans yang kukenakan tanpa
kusadari. Aku begitu terangsang melihat keindahan payudara si ibu.
Si ibu yang semula perhatiannya ke pekerjaanku, tak urung kaget juga
melihat perubahan ukuran Kontolku. Tapi anehnya, dia tak juga merubah
posisinya. Sepertinya dia sih tahu aku terangsang dengan kemolekan
payudaranya tapi dia tampak cuek saja, pura-pura tak tahu. Akhirnya
setelah berusaha sekuat tenaga mengendalikan malu sekaligus
mengendalikan Kontolku supaya tak semakin membesar ukurannya, selesai
juga masalah kompor itu.
“Wah, Nak Surya hebat!” pujinya di sampingku.
“Ah, nggak masalah… cuma masalah kecil kok Bu” sahutku.
“Kalau gitu ibu bisa minta tolong lagi?” katanya sambil menatapku nakal dan tersenyum genit.
Walau aku sudah menduga apa yang akan dia minta itu, tak urung hatiku
berdebar-debar juga menanti pertanyaannya. Apalagi kulihat dia semakin
mendekatkan dirinya ke tubuhku.
“A.. aa… pa Bu?” lidahku mendadak kelu, menyadari betapa dekat wajahnya denganku saat ini.
Sambil mendesah, si ibu berkata parau, “Ibu mau kamu cium ibu…”
Belum sempat menyahut, dia langsung berjinjit, memeluk leherku lalu
mencium bibirku. Sejenak aku terkesiap, namun tak lama kemudian kami
sudah asyik berciuman di dapur itu. Hilang sudah akal sehatku setelah
bibirku bersentuhan dengan bibirnya yang tipis dan indah itu. Sambil
asyik berciuman, diraihnya tangan kananku untuk meremasi payudaranya di
sebelah kanan, sedangkan diarahkannya tangan kiriku ke pantatnya.
Tangankupun langsung bergerak terampil. Keduanya langsung bergerak nakal
menjalari payudara dan pantatnya yang ranum dan montok itu.
Si ibu tampak melenguh-lenguh merasakan nakalnya tanganku meremasi
payudara dan jari-jariku menyusuri belahan pantatnya. Di lain pihak,
tangan si ibu aktif meremasi Kontolku dari luar celanaku, membuat
juniorku itu semakin meradang saja ukurannya. Satu tangannya dia
julurkan ke dadaku untuk meremasi puting susuku yang tercetak jelas dari
balik kemeja kaus ketat yang kukenakan ini. Ketika nafsu kami semakin
memuncak, dituntunnya aku ke ruang keluarganya. Di sana dengan serempak,
kami saling melucuti pakaian masing-masing, sehingga tak lama kamipun
sudah bugil.
Kupandangi dengan sepenuh nafsu tubuhnya yang bugil itu. Luar biasa!
Usia boleh kepala 4, tapi bodinya tak kalah dengan bodi para perempuan
yang lebih muda. Tanda-tanda ketuaan memang tak bisa ditutupi, tapi
secara garis besar, dia masih sangat menggiurkan bagi para lelaki mana
saja yang menatapnya. Apalagi kalau sudah bugil begini. Bahunya lebar,
payudaranya besar, ranum dan mengkal. Tak tampak tanda-tanda melorot
seperti payudara para wanita seusianya. Perutnya rata, nyaris tak ada
lemaknya. Pinggangnya bundar, pinggulnya montok. Kaki dan betisnya
tampak mulus dan kencang. Mungkin si ibu suka olahraga juga nih, makanya
bodinya begitu terawat dan indah.
Di lain pihak, si ibu tampak tak kalah kagumnya melihatku telanjang.
Maklumlah, hobi olahragaku yang sudah kutekuni sejak SD, membuat fisikku
menjadi sangat bugar. Otot-otot kekar nan liat tampak bersembulan di
sekujur tubuhku. Membuat banyak wanita sering kelimpungan kalau
melihatku telanjang.
“Tubuh Nak Surya keren banget deh… Ibu suka sama lelaki macho kayak Nak
Surya ini…” kata si ibu smabil menatapku penuh nafsu. Dia mendekatiku
lalu memelukku lagi. Kedua tangannya bergerak liar, meraba-raba bukit
dada dan perut simetrisku, lalu bergerak turun ke arah Kontolku. Sesaat
kemudian, kami kembali asyik berciuman liar dan saling meremas apa yang
bisa kami remas.
Hanya sebentar kami melakukan itu. Berikutnya, kami saling membaringkan
diri di atas karpet tebal di ruangan itu. Kami seakan tahu apa yang
harus dilakukan selanjutnya. Kami membentuk posisi 69 dan tak lama kami
sudah asyik saling menjilati kemaluan lawan mainnya. Si ibu tampak
bersemangat mengulum kemaluanku sambil asyik mengocoknya. Sesekali dia
ikut menjilat dan meremasi kantung spermaku.
Aku dan Ibu Tetanggaku
Rasanya sangat dahsyat kulumannya. Bahkan kuluman istriku tidak
sedahsyat kulumannya. Tampaknya si ibu ini benar-benar sudah lama tidak
disentuh lelaki, hingga kulumannya tampak begitu ganas. Di bawah sana,
lidah dan jari-jariku tak kalah aktifnya dengan tangan si ibu. Lidahku
bergerak naik-turun sambil menjilati bibir kemaluannya, labia mayoranya
dan semua yang ada di sekitarnya. Tangan kiriku asyik meremasi
bokongnya, sedangkan jari-jari tangan kananku asyik menusuki lubang
memeknya.
Kami terus saling merangsang sambil mendesis-desis penuh kenikmatan.
Kami saling mencium, menjilat, meremas, dan menggigit dengan rakusnya.
Sampai akhirnya kami sendiripun merasa tidak tahan. Tanpa ada aba-aba
sebelumnya, serentak kami berubah posisi. Si ibu ambil posisi di bawah,
sedangkan aku bergerak menindih di atas tubuh moleknya. Sambil tersenyum
mesum, dia buka selangkangannya lebar-lebar. Memamerkan liang surganya
yang sangat indah nan menggiurkan itu. Membuat jakunku naik-turun
berulang kali. Tak sabar segera kutuntun Kontolku ke lubang memeknya.
Kugesek-gesekkan sejenak kepala Kontolku di bibir memeknya, sebelum akhirnya kudorong pelan.
“Ssleebb… ssleebbb… bblessshhh…” sedikit demi sedikit Kontolku tertelan
liang surganya, menimbulkan sensasi nikmat yang susah digambarkan
rasanya. Si ibu sendiri tampak meringis-ringis nikmat merasakan sodokan
kemaluanku yang hangat dan keras ini memasuki liang surganya.
Memek si ibu kurasakan masih sempit dan legit. Tidak kalah dengan memek
para gadis. Tampaknya si ibu sangat pintar dalam menjaga kemaluannya
itu. Membuat batang Kontolku yang ukurannya king size itu tampak agak
kesulitan menembusnya. Namun dengan rangsangan terus menerus dariku di
titik-titik erotisnya, akhirnya memek si ibu menyerah juga. Lorong yang
hangat itu terasa semakin basah seiring meluapnya cairan pelumasnya,
akibat rangsangan lidah dan tanganku di payudaranya.
Kontolku terus melaju hingga sampai di bagian terdalam liang surganya.
Lalu mulai kupompa dia. Aku bergerak dalam posisi push-up di atasnya.
Sementara pantatku bergerak maju-mundur mengebor memeknya. Semakin lama
gerak pantatku semakin kupercepat. Membuat jeritan erotis si ibu semakin
keras terdengar. Membuatku semakin bersemangat dalam menjajah lubang
kemaluannya.
Keringat mulai mengalir deras membasahi tubuh bugil kami. Si ibu tampak
menjerit-jerit keenakan dipompa senjataku. Sepasang tangannya meremasi
rambutku. Tak jarang tangan-tangan itu aktif mencakari punggungku yang
liat ini, membuat sedikit pedih di kulitnya karena kukunya yang agak
panjang itu. Aku sendiri tak mau kalah. Sambil terus memompa Kontolku
dalam-dalam, aku asyik mencumbui bibirnya yang seksi. Aku juga
gigit-gigit pelan lehernya yang mulus kulitnya itu. Sesekali aku
menyusui sepasang payudaranya yang menggiurkan itu secara bergantian.
Pantat dan pinggul si ibu tampak bergoyang-goyang liar menyambut sodokan
Kontolku, membuatku nyaris gila karena begitu nikmat pengaruhnya di
batang Kontolku.
Sekitar 15 menit kemudian si ibu keluar. Dia semakin erat memeluk tubuh
atletisku yang basah kuyup oleh keringat kami berdua. Kubiarkan dia
beristirahat sejenak setelah orgasmenya itu. Kemudian kembali kuserang
dia. Kucoba bangkitkan gairahnya lagi dengan meremasi setiap jengkal
titik erotisnya. Tak lama kami sudah asyik berciuman dengan liarnya
sambil saling meremas dan meraba. Tak butuh lama untuk membangkitkan
gairahnya. Ciuman kami yang liar berhasil membuatnya panas kembali.
Ketika aku hendak menggaulinya lagi dengan posisi serupa, dia
menggeleng.
Dia berdiri lalu memintaku untuk bercinta lagi di posisi lain. Aku
tersenyum mendengar permintaannya itu. Lalu segera kubopong dia ke atas
sofa di ruang keluarganya. Di sana kami masih sempat bergelut sebentar
sebelum dia bergerak lagi. Dia naik ke atas pangkuanku membelakangiku.
Dipegangnya batang Kontolku yang masih perkasa ini ke arah memeknya yang
sudah mulai basah kembali, lalu… “blesshhhh….” masuk sudah seluruh
batang Kontolku ditelan memeknya.
Pada posisi yang kedua ini, rasa nikmat yang kami rasakan terasa luar
biasa. Kemaluanku yang king size ini begitu menikmati pijatan otot-otot
memeknya si ibu. Di lain pihak si ibu tak henti-hentinya mendesis
kenikmatan. Kepalanya tampak bergoyang-goyang liar merasakan pompaan
Kontolku. Kepala kemaluanku yang besar ini rupanya berhasil sampai di
mulut rahimnya, dan memberikan kenikmatan tak terhingga baginya.
Turun-naik, keluar-masuk, memompa dan dipompa, menggoyang dan digoyang.
Semakin lama semakin liar dan cepat. Sambil memompa, tak henti-hentinya
kuremasi payudaranya yang montok itu dari belakang. Seperti tadi,
sekitar 15 menit kupompa memeknya, dia keluar lagi untuk yang kedua
kalinya.
Sebelum aku keluar, kami sempat bercinta dalam 2 posisi lagi. Kami
melakukannya dalam gaya berhadapan dan gaya anjing di sofa itu. Aku
berhasil membuatnya keluar sebanyak 2 kali. Masing-masing dalam setiap
gaya persetubuhan yang kami lakukan.
10 menit kemudian, setelah lebih dari sejam kami bercinta, jebol juga
pertahananku. Kutarik Kontolku keluar dari jepitan memeknya semenit
sebelum aku sampai di puncak. Lalu kusemburkan spermaku berkali-kali ke
wajah dan payudara si ibu. Spermaku yang kental dan banyak itu membasahi
wajah, leher, payudara dan rambutnya. Dikocoknya batangku, seolah-olah
dia tak puas dengan seluruh sperma yang kutumpahkan tadi. Setelahnya,
dia raih sperma-sperma itu untuk ditelannya hingga habis. Sisanya dia
balurkan ke dada dan kedua puting susuku, untuk dia jilati seperti
seorang anak menjilati sisa-sisa es krimnya. Membuatku meringis-ringis
kegelian.
Puas bercinta, kami sama terkapar di atas sofa. Kami bercanda sambil
sesekali berciuman dan saling meremas. Sesudahnya aku mandi di rumahnya
untuk membersihkan tubuhku dari sisa-sisa pergumulan dahsyat tadi, agar
tidak ketahuan istriku. Selesai mandi, si ibu membuatkanku teh manis
hangat dengan cemilan ringan. Kamipun berbincang-bincang sejenak seperti
tidak ada terjadi apa-apa di antara kami.
Begitu kudapannya habis dan aku hendak pamit, si ibu buru-buru mencekal
lenganku. Sambil menatapku genit, dia berpesan aku lebih sering-sering
mampir ke rumahnya. Aku hanya tersenyum saja mendengar permintaannya
itu. Dia lalu mencium bibirku dengan sepenuh perasaan. Dia juga sempat
meremas kemaluanku dari balik celana, sebelum dia melepasku di teras
rumahnya
Dalam perjalanan ke rumah, aku berkali-kali menghembuskan nafas panjang.
Aku tak pernah menyangka akhirnya aku berselingkuh juga. Dengan wanita
yang tak kusangka-sangka pula. Tetangga sekaligus ibu sahabat baikku
selama ini. Sebelumnya tak pernah sekalipun aku mengkhianati istriku
selama 15 tahun pernikahan kami. Banyak wanita di luar sana yang begitu
menarik, namun tak sedetikpun aku tertarik untuk berselingkuh dengan
mereka. Apalagi istriku juga termasuk wanita yang pandai memuaskanku di
atas ranjang.
Kali ini semuanya terasa berbeda. Walaupun aku sangat menyesal telah
mengkhianati istriku, aku tak bisa membohongi diriku sendiri kalau
perselingkuhan itu ternyata nikmat juga. Sangat nikmat malah. Ibarat
kalau selama ini kita hanya makan ‘opor’ di rumah tangga kita, selingkuh
berarti kita makan ‘opor’ di luar sana, tetapi dengan variasi, rasa dan
sensasi yang berbeda.
Begitu aku sampai di depan pagar rumahku sendiri, sesungging senyum
tiba-tiba muncul di sudut bibirku. Aku merasa yakin, bahwa
perselingkuhan ini bukanlah yang pertama dan terakhir kalinya terjadi
dalam hidupku.