Permainan Monopoli Birahi yang Bikin Ketagihan
Permainan Monopoli Birahi yang Bikin Ketagihan | Cerita Dewasa
- Cuaca Jakarta sedang lucu-lucunya. Pagi cerah dan panasnya sudah kaya
siang bolong, eh tiba-tiba jam 1 siang hujan deras kaya langit bocor.
Jadwal hujan yang ga bisa ditebak gini yang bikin banyak warga Jakarta
yang salah jadwal dan persiapan ngadepinnya.
Nasib
yang sama menimpa Vani, jagoan indehoi kita yang sexy dan mesum habis
ini. Suatu pagi di bulan Januari, setelah 2 minggu UAS yang menegangkan
dan melelahkan semua sel otot dan otak para mahasiswa kampus S, Vani
teringat dia masih menyimpan beberapa novel yang dipinjamnya dari Sasha.
Ga ada kuliah dan ga ada paper yang perlu disubmit lagi, ni cewek mikir
ga ada salahnya nyambangin Sasha di kosnya yang berjarak cuma sekali
ngangkot dan ngojek jarak menengah.
Dengan
pakaian casual, t-shirt putih semi body fit, celana pendek jeans
selutut yang agak belel dan sneakers converse, berangkatlah Vani di pagi
yang cerah itu ke kos Sasha sambil menenteng tas plastik berisi 3 novel
pinjemannya. Cuaca bersahabat, bikin mood Vani juga cerah. Bahkan
kelakuan iseng kondektur metromini yang belagak bantu naek si sexy ke
bis dengan mendorong pantatnya, tapi sebenarnya cari kesempatan
grepe-grepe, tidak merusak mood Vani.
Tapi
45 menit kemudian (ngetem metromininya 15 menit sendiri), ketika Vani
hampir sampai di depan jalan utama kos Sasha, cuaca Jakarta tiba-tiba
galau. Mendadak gelap, awan mendung sudah berarak dengan semaraknya di
langit Jakarta. Benar saja, 100 meter sebelum turun hujan turun dengan
derasnya. “Aseemmm… Kok mendadak ujan sih? Mana gue ga bawa payung”
runtuk Vani dalam hati. Vani lebih kesel lagi ketika turun ga ada
satupun ojek motor ataupun ojek payung yang mangkal di ujung jalan itu.
Pada kabur kali para ojek motornya karena hujan.
Berlari-lari
kecil menembus hujan, Vani masuk ke jalan Jambu Air (nama jalan
disamarkan demi privacy si tukang ojek). Sekitar 50 meteran dari jalan
raya baru deh ketemu sama 2 tukang ojek yang neduh di pos satpam. Sambil
tetap menggunakan novel Sasha yang dalam kantong plastik sebagai
pelindung kepala, Vani nyamperin pos satpam itu dan memanggil si tukang
ojek “Bang, anterin ke dua belas dong” pinta Vani. Tapi, Vani heran,
karena kedua tukang ojek itu ga langsung bereaksi atau sekadar menjawab.
Malah agak melongo memandangi Vani.
Tiba-tiba
Vani seperti tersadar. Karena kehujanan, t-shirt Vani menjeplak lengket
dengan tubuhnya. Terutama di bagian dada yang memang dasarnya membusung
mancung. Siluet bundar payudara dan bra yang melingkupinya tampak jelas
akibat t-shirt-nya basah kuyup. Reflek Vani langsung menutupi dadanya
dengan kantong plastik novelnya. “Eh Bang, mau ngojek ato bengong
ajaaa?!” tanya Vani agak menjerit. “Eh..oh.. eh iya neng. Mau dianter
kemana?” gelagepan si abang ojek yang giginya tonggos menjawab sambil
menghampiri dan mulai menstarter motor bebeknya. Sedang abang yang
setengah botak pura-pura ngelapin helm, nutupin malu ke-gap ngliatin
dada si Vani.
Dengan terrpaksa
memake helm bau keringat punya si tukang ojek agar kepada tidak lebih
basah lagi, mahkluk sexy ini menghenyakkan pantat sekalnya di jok motor
abang ojek, dan merekapun meluncur membelah hujan menuju jl. Jambu Air
XII. Tukang ojek sudah setengah berharap orang yang dicari penumpangnya
tidak ada di kos-nya, agar dia punya kesempatan ngantar balik si cewek
ini. Tapi memang nasib tidak berpihak kepada si tukang ojek karena Sasha
sudah nungguin Vani di pintu gedung kos-kosan tersebut. Belum lagi si
Vani cuma bayar 2000. “Lho biasanya goceng neng” melas tukang ojek. “Eh,
3rebunya biaya lo melototin toked gw dan ngerem-ngerem melulu pas di
jalan” saut Vani judes, ditingkahi cekikikan Sasha. Abang tukang ojek
hampir tidak tahan untuk tanya “Kalo ngeliatin 3rebu, megang-megang
berapa Neng”. Tapi ditahannya karena agak jiper sama kejudesan Vani. Dia
cuma bilang “Kalo butuh jemputan, SMS aja abang ya neng. Neng Sasha tau
kok nomor HP abang” sambil tersenyum semanis mungkin. “Iyee bang” sahut
Vani dan Sasha serempak sambil menutup pintu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~
“Genit
amat tu tukang ojek” gerutu Vani sambil mendekap tubuhnya, menggigil
kedinginan mengiringi langkah Sasha menuju kamarnya di lantai 3. “Udeh,
ga usah bawel dah lo. Ayo cepet ke kamar gue, biar bisa ganti baju lo”
sahut Sasha sabar sambil menarik tangan Vani agar bergerak lebih cepat.
Kos Sasha adalah gedung persegi empat berwarna beige dengan aksen
terakota di jendela-jendela yang menghadap keluar, memanjang kebelakang
setinggi 4 tingkat yang khusus dibangun untuk jadi kos-kosan 3 tahun
yang lalu. Terdapat hampir 80 kamar dan lebih dari 90% selalu terisi,
karena memang lokasinya dekat dengan beberapa kampus dan komplek
perkantoran. Layout dalamnya khas kos-kosan: dua deret kamar yang
berhadapan, dibelah oleh taman selebar 1 meter yang memanjang di lantai
dasar dan void sampai kelangit-langit gedung. Tapi void-nya tidak begitu
lebar, karena pemilik gedung lebih memilih untuk membuat jalan di depan
kamar cukup lega. Satu hal yang dirutuki Vani dan Sasha dari kos ini
adalah tidak adanya lift. Cukup gempor juga naik ke lantai tiga. Maka
itu, makin ke atas tarif bulanannya makin murah.
Sesampainya
di kamar Sasha, Vani buru-buru masuk ke kamar mandinya karena sudah
kebelet pipis. Kamar Sasha berukuran 4x5 meter. Kamar mandi dipojok
kanan, berisi shower dan toilet duduk. Tempat tidur springbed ukuran
120cm x 200 cm mepet ke dinding kanan. Isi kamarnya standar anak koslah:
lemari pakaian 2 pintu, TV, rak buku dan peralatan makan dan satu meja
kecil. Sasha mengetok kamar mandi untuk mengasikan 2 potong t-shirt,
celana pendek dan bra ke Vani. “Pilih aja mana yang lo suka hottie” kata
Sasha kepada Vani yang melongokkan kepalanya dari balik pintu kamar
mandi. “Gw minta shampo ama sabun lo ya Sha” kata Vani sambil menerima
pakaian tersebut. “Pake aja. Tapi jangan abisin” sahut Sasha. “Gue minum
kale shampo lu” balas Vani sambil menutup pintu.
Rasa
sebel Vani karena kehujanan barusan sudah hampir luruh semuanya diguyur
air dari shower. Rasanya nyaman sekali ketika mengeringkan tubuh dengan
handuk kering yang tebal milih Sasha. Karena celana dalamnya tidak
basah, Vani memutuskan memakainya kembali. Tapi dia agak kebingungan
ketika memilih bra punya Sasha. Bukan karena modelnya yang kinky atau
warnanya ga cocok. Sasha lupa kalo toked Vani satu cup lebih besar dari
miliknya. Jelas saja susu Vani ter”penyet” ketika memaksa memakai bra
Sasha yang ber-cup B. Merasa sesak nafas, Vani memutuskan tidak memakai
bra saja, dan langsung memakai t-shirt gombrang berwarna maroon dengan
tulisan “Talk Nerdy to Me”. Selesai memakai celana pendek berbahan kaos
milik Sasha, Vani mematut sebentar di cermin. T-shirt gombrangnya hampir
menutupi celana pendek yang memang… pendek, menunjukkan sebagian besar
paha putih Vani.
Ketika
akan membuka pintu kamar mandi, Vani baru sadar bahwa di luar Sasha
sedang mengobrol dengan orang lain karena sedari tadi suara-suara di
luar tidak terdengar, tertutup suara hujan yang menggemuruh. Vani sempat
berpikir untuk tidak keluar dulu sampai tamu2 Sasha itu pergi karena
tau kan.. dia ga pake bra. Rasanya gimana gitu. Tapi, akhirnya “Sebodo
ah.. ga kliatan ini” pikir Vani sambil membuka pintu kamar mandi.
Obrolan Sasha dan tamunya kontan terhenti ketika sesosok cewek berambut
bob berwarna brunette muncul dari balik pintu kamar mandi. “Eh, lo ada
tamu Sha?” tanya cowok berambut jabrik sambil tersenyum lebar melihat
ada mahkluk bening lagi di kamar tersebut. “Eh, kenalin ni temen satu
kampus gue, Vani” ujar Sasha sambil menarik Vani untuk mendekat. Si
rambut jabrik bertubuh tinggi langsing dengan wajah agak tirus ternyata
bernama Randy, dan temannya satu lagi yang berambut cepak dan berbadan
agak gempal (ga gemuk ya, gempal) minta dipanggil Momo. “Weh pas banget
nih sekarang kita berempat. Sudah bisa langsung dimulai” kata si Randy
agak keliwat ceria. “Eh, maen apaan nih?” tanya Vani pengen tau.
“Hihihihi.. lucu deh Van game-nya. Gue baru diceritain dikit barusan ama
Randy. Tapi kliatannya seru banget. Lo pasti demen deh” sahut Sasha
sambil cekikikan mencurigakan. Vani jadi penasaran.
“Eh
bentar. Masih kurang satu orangnya. Butuh bankir-nya neh kita” kata
Randy tiba-tiba sambil beranjak keluar kamar. Ga sampe semenit Randy
sudah balik sambil menarik masuk cowok imut berkaca mata. “Elu yang jadi
bankir-nya Dan?” tanya Sasha begitu melihat anak cowok yang baru masuk.
“Wah, bankir apaa nih mbak? Saya juga ga ngerti. Tiba-tiba ditarik mas
Randy” jawab polos anak cowok yang dipanggil Dan itu sambil
melirik-lirik ke arah Vani dengan pandangan ingin tau. “Udah, lo
dengerin dulu aja. Pasti lo demen nantinya” tukas Randy penuh misteri.
Vani semakin penasaran dengan game ini.
Setelah
mereka duduk melingkar berempat, dan cowok imut berkacamata yang
ternyata bernama Danan duduk di luar lingkaran, Randy pun mulai
menjelaskan apa sebenarnya game yang hendak mereka mainkan. Tapi
pertama-tama, Randy membuka sebuah kotak karton persegi panjang
berukuran sekitar 50x25cm dan mengeluarkan karton tebal terlipat 2 yang
seperti papan. “Alaa.. ternyata cuma mo maen monopoli” sahut Vani agak
sebel. “Eitt… tunggu dulu Van. Ini bukan sekedar monopoli. Ini monopoli
khusus dewasa. Namanya sexopoly” jawab Randy tangkas sambil tetap
menyengir mencurigakan. “Hah? Sexopoly?” Vani membeo. “Yoiii.. sexopoly.
Sex Monopoly” cengiran Randy semakin lebar, dibarengi oleh cengiran
mesum Momo dan Sasha. Duduk Danan jadi agak gelisah begitu mendengar
kata “sex”. Vani langsung merasakan firasat buruk.
“Jadi
pada dasarnya aturan maennya hampir sama sama monopoli biasa. Kita
giliran jalan pake dadu 2 biji. Kalo udah sekali muter, mulai boleh beli
properti. Dapet modalnya seorang ceban yak” jelas Randy panjang lebar.
“Lah, apa bedanya sama monopoli biasa” bawel Vani. “Sabar napa Van.
Biarin si Randy slese jelasin” tukas Sasha ga sabar. Vani langsung
cemberut sambil agak memonyongkan bibirnya. Bikin Momo jadi gemes dan
pengen ngelumat tu bibir yang penuh dan sensual itu. “Ok, bedanya disini
nih. Pertama, setiap sekali muter, ga dapat uang dari bankir” Danan
agak mengernyit mendengan “jabatannya” disebut. “Lalu, kalo lo masuk
kotak Chance dan Community (kalo di versi indo “Kesempatan” dan “Dana
Umum”), lo juga sama ngambil satu kartu Chance ato Community. Nah,
bedanya tu diisi kartu-kartu ini” pungkas Randy puas. “Isi kartunya tuh
perintah-perintah yang kudu dilakuin si pengambil kartu. Kalo isinya lo
disuruh joget 5 menit, ya lo wajib joget 5 menit. Kalo isinya lo disuruh
french kiss, ya lo wajib juga french kiss hehe” tambah Randy, diiringi
cekikikan Sasha dan Momo.
“Aahhh…
kaco neh maenan lo pada” rajuk Vani agak panik. “Tenang Van,
perintah-perintahnya cocok kok buat kita-kita yang udah “de.wa.sa” kata
Momo sambil menekankan pada kata “dewasa”. “Lo-lo pasti demen” kata
Randy sambil mengedipkan mata. “Iihhh… jangan samain gue sama lo-lo pada
ya” balas Vani agak sebel sekaligus tersipu, sambil berusaha mencubit
paha Randy yang duduk di sebelahnya. Randy tidak berusaha menghindar
cubitan main-main Vani, malah langsung menambahkan “Kalo jadi maen, lo
semua wajib nyetorin HP ama dompet lo pada ke bankir. Kalo ada yang
coba-coba melanggar alias tidak mematuhi perintah di game, bankir berhak
menyita permanen harta benda lo itu” tambah Randy. Danan langsung
jumawa begitu mendengar aturan tersebut sambil tangannya disorongkan ke
Sasha dan Vani menagih HP dan dompet mereka.
“Eh,
entar dulu. Gue mo liat isi kartunya” kata Vani sambil nyingkirin
tangan Danan dari hadapannya. Sambil mengambil 3 kartu dari tumpukan
Chance dan Community Vani menambahkan “Jangan-jangan ada kartu buatan lo
yang isinya “Berhak dan bebas melakukan apapun juga kepada peserta
lain”. Gawat dong. Enak di elu, ga enak di gue” tambah Vani galak sambil
mulai membaca ketiga kartu tersebut. Ketiga peserta lainnya hanya
cengar-cengir mendengar keberatan Vani. “Sumpah Van, ga ada kartu isinya
kaya gitu” jawab Momo. “Kalo bener ada, ga berlaku deh” tambah Randy
berusaha meyakinkan Vani. Tapi Vani tetap membaca kartu pertama. Kartu
pertama isinya “Nuzzle and kiss your partner neck. Nibble his/her ear
lobes and whisper "Let’s fuck". Gue artiin ya “Ciumin leher partnermu.
Lalu gigit-gigit kecil kupingnya dan bisikkan “Ngentot yuk”. (Okay
terjemahan gue memang agak vulgar. Tapi buat kebahagiaan kita bersama,
mulai sekarang semua kartu yang aslinya bahasa inggris itu, gue langsung
terjemahin ke dalam bahasa mesum Ethan. Gue harap semua semproters
setuju .). Pipi Vani agak bersemu merah, malu-malu birahi, tapi tetap
melanjutkan membaca kartu yang kedua. Isinya “Ajak partner lo untuk
ngentot dengan kata-kata paling mesum yang lo punya. Minimal 2 kalimat”.
Kartu yang ketiga berbunyi “Tatap mata partner lo penuh perasaan,
sambil lo membelai-belai dan meremas-remas tubuhmu dan mendesah-desah
selama 2 menit”. Vani tidak sadar menahan senyum sambil menggigit bibir
bawahnya dan meletakkan ketiga kartu di tumpukannya kembali.
“Terus,
gimana caranya nentuin sapa partnernya? Kan kita berempat” Vani
mengemukakan persetujuannya untuk join game Sexopoly dengan pertanyaan
tersebut. “Gampang dong, partner lo ya yang duduk pas disebelah lo.
Gantian sama sisi satunya setiap kali ngambil kartu lagi” jelas Randy
puas karena cewek bahenol ini akhirnya setuju ikut maen. “Pantes aja
tadi ngatur duduknya selang-seling cowo cewe” batin Vani agak sebel
begitu sadar mereka sudah bersiap-siap untuk hal tersebut. “Kalo lo
setuju, serahin HP dan dompet lo ke Danan” tambah Randy. “Untung aja
yang diambil pas yang aman2 kartunya” kata Randy & Momo dalam hati
lega. “Ya udah, gue ikutan. Kasian Sasha sendirian” balas Vani masih
pura-pura jual mahal sambil nyerahin BB dan dompetnya ke Danan.
“Tugas
gue cuma nyimpenin HP dan dompet doang nih” tanya Danan sambil
memasukkan keempat HP dan dompet para peserta ke kantong plastik. “Ga
lah. Lo juga yang bantu mastiin kalo ada peserta yang ga bersedia
ngelakuin tugasnya” jawab Randy. “Plus, lo yang nentuin bayaran kalo ada
yang masuk properti orang laen” tambah Momo. “Ambil kartunya sesuai
warna areanya ya. Kalo area properti biru, ya lo ambil dari yang kartu
biru” lanjut Momo. Danan manggut-manggut sambil membuka-buka beberapa
kartu yang terdiri atas 4 kelompok warna tersebut. Biru, Kuning, Hijau
dan Merah. “Eh, bayarannya bukannya pake duit monopoli-nya” tanya Sasha.
“Ga lah. Kan di sexopoly lo ga dapat uang dari bank setiap kali muter”
jelas Randy. “Uang cuma buat beli property” kata Randy lagi. “Lah terus
kaya apaan bayarannya” selidik Vani mulai was was lagi. “Amanlah. Hampir
selevel sama kartu chance dan community” jawab Randy berusaha
menenangkan. Tapi, demi melihat wajah Danan yang bersemu merah ketika
membaca beberapa kartu “RENT”, Vani dan Sasha tidak begitu yakin. Namun,
mau bagaimana lagi. HP dan dompet mereka sudah ditangan Danan. Momo
menutup penjelasan “rule of the game” dengan mengatakan “Tapi kalo gue
masuk ke properti Randy ato Vani masuk ke properti Sasha, tidak perlu
bayar sewa”. Sasha dan Vani baru saja hendak mengungkapkan pertanyaan
dan keberatan, tapi buru-buru Momo mengangkat tangannya sambil berkata
“Lo bedua bakal ngerti juga nantinya”. Dan begitulah, mereka menerima
begitu saja peraturan yang agak GeJe tersebut.
“Permainan
dimulaiiii” kata sang bankir sambil melempar kedua dadu ke papan
sexopoly. “Gue duluaann” jerit Sasha cepat merebut dadu dan
melemparkannya lagi ke tengah papan. “4 – 1, 5 langkah. Tu, wa, ga, pat,
ma.. Hore, gue beli PLN-nya” kata Sasha girang. “Woe.. enak aja lo.
Muter sekali baru boleh beli abis itu” tukas Vani sewot. “He-he.. sorry.
Terlalu semangat” jawab Sasha tersipu-sipu. Searah jarum jam, setelah
Sasha adalah giliran Randy. Diikuti oleh Vani, dan kemudian tentu saja
Momo. Kelihatan banget kalo kedua cowok tersebut berusaha bisa masuk
kotak Chance atau Community. Tapi ternyata Sasha yang malah pertama kali
berkesempatan mengambil kartu Community. Deg-degan Sasha mengambil
kartu pertamanya. Begitu membacanya, rona wajah Sasha yang putih agak
merona. “Uhh.. bingung nih caranya” rajuk Sasha sambil meminta bantuan
Vani. “Apaan sih yang lo dapat” tanya Vani penasaran. “Oooo… lo dapat
yang rayuan mesum ini hihihi” kata Vani ketika membaca kartu Sasha. Itu
kartu yang Vani buka di awal permainan yang isinya “Ajak partner lo
untuk ngentot dengan kata-kata paling mesum yang lo punya. Minimal 2
kalimat”. “Ayo Sha.. lo rayu si Randy hahaha” timpal Momo penuh
semangat. “Bilang apaan dong” Sasha malah tambah panik. “Udahh.. pake
aja kata-kata lo pas horny ngajak si Revo ML” tambah Vani lagi sambil
nyengir puas. “Aaaa.. Vaniii.. Lo jangan ikut-ikutan gangguin dong”
rajuk Sasha manja, yang bikin Randy makin tambah gelisah bahagia.
“Ok..ok.. diem dulu lo semua” kata Sasha akhirnya sambil mengangkat
kedua tangannya, mencegah olok-olok Vani dan Momo semakin brutal. “Gue
mulai ya” lanjut Sasha. “Rand..” kata Sasha. “Eh.. liatin Randy-nya
dong. Masa ngajak ML nunduk gitu” sepet Vani cepat. “Iya. Iya.. Bawel
amat sih” jawab Sasha sambil memonyongkan bibirnya. Serempak tawa
keempat orang lainnya terdengar. Setelah mereka tenang, Sasha baru mau
melakukan “tugas”nya itu.
“Rand..”
kata Sasha lirih sambil menatap Randy sendu. Ruangan kamar Sasha
langsung hening. Momo, Randy dan Danan tegang mengantisipasi kata-kata
yang akan keluar dari bibir Sasha. “Udah seminggu gue ga disentuh cowo.
Gue ga tahan lagi. Fuck me please..” desah Sasha. Selama sepersekian
detik Randy terpana menatap nanar cewe cantik yang menatapnya dengan
pandangan mengundang. Sampe-sampe Randy terpaksa menelan ludahnya.
“Wakakakakakak…” tawa Sasha tiba-tiba meledak. “Denger gitu doang udah
mupeng lo yaa…” goda Sasha nakal. Vani juga terkikik-kikik melihat Randy
yang agak salah tingkah karena sempat kebawa omongan Sasha. “Agh..
Nggak kok, gue nggak kepengaruh sama omongan Sasha” Randy masih berusaha
ngeles walo tidak meyakinkan. “Udah ah, giliran gue sekarang” kata
Randy cepat-cepat sambil ngelempar dadu ke papan permainan agar
anak-anak berenti cekikikan dan menggodanya. Permainan pun berlanjut.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Vani
dan Sasha tidak begitu perhatian bahwa Randy dan Momo mati-matian
berusaha membeli semua blok properti di area merah, alias area yang
terletak di jalur terakhir sebelum masuk kotak start lagi. Padahal area
merah adalah area dengan harga paling mahal. Kedua cewek ini malah sudah
mulai beli-beli properti di kotak-kotak awal setelah putaran pertama
(area biru) karena harganya paling murah (maklum cewe. Ga bisa liat
barang murah atau diskonan).
“Yak
bayarr..” teriak Vani happy, ketika langkah terakhir bidak Momo jatuh
di properti Vani di area biru. “Ayo bankir, tarik kartunya” perinta
Sasha yang juga ikutan semangat. Agak gugup si bankir Danan mengambil
tumpukan kartu “RENT” warna biru dan mengambil kartu dari posisi paling
atas. “Puji dan rayulah pemilik properti segombal mungkin dengan minimal
10 kalimat” Danan membaca tulisan yang tertera di kartu tersebut.
“Yahh… gitu doang?” kata Vani. Momo hanya cengar-cengir saja. Rayuan
Momo bahkan tidak layak untuk ditulis disini karena parah banget
jayusnya. Giliran berikutnya adalah Sasha yang dengan semangat melempar
dadu. 9 langkah. Dan dengan sukses Sasha mendarat di kotak Chance. Agak
deg-degan Sasha menarik satu kartu dari tumpukan kartu chance dan mulai
membacanya.
“Ahhh…
kok gue sih yang kena” rengek Sasha sambil melempar kartu tersebut ke
tengah-tengah papan game. Dengan cepat Momo memungut dan membacanya.
“Frech kiss yang hot dengan partnermu selama 30 detik” baca Momo
keras-keras. Cengiran lebar menghiasi wajahnya. Tiba-tiba Danan yang
biasanya ga banyak omong berkata dengan agak bergetar “Kalo bankir
menganggap kurang hot, hukuman wajib diulang”. “Ahh.. lo kok mihak Momo,
Dan” runtuk Sasha sambil mendelik ke Danan. Danan langsung bersembunyi
di punggung Vani sambil berkata gugup “Em.. emang gitu aturannya mbak”.
Momo yang sudah tidak sabar langsung menarik tangan Sasha mendekatinya
“Ayo buruan Sha. Harus komit lo” kata Momo penuh aura mesum. “Iya..
iya.. ga usah narek-narek napa” Sasha belagak galak. “Eh, hands off!”
teriak Danan tiba-tiba sambil memunculkan kepalanya dari balik punggung
Vani ketika melihat tangan Momo berusaha memegang leher Sasha. “Ih,
berisik amat lo bankir” si Momo yang sekarang sebel, tapi tanpa sedikit
pun mengalihkan pandangannya dari bibir Sasha yang berkilau ranum.
Momo
langsung menyergap bibir Sasha yang baru saja memajukan sedikit
kepalanya ke arah Momo. Agak gelagepan karena serangan mendadak ini,
Sasha buru-buru balas melumat bibir bawah Momo. Lidah mereka berdua
bertaut dan saling berpilin dalam lumatan ciuman yang basah. “mmmm..
mhhhh…ssmmmhhh…” desahan mereka berdua diiringi oleh kecipak basah ludah
yang saling bertukaran terdengar jelas karena ketiga pasang mata
lainnya hening memandang adegan ciuman tersebut tanpa berkedip. “Ahh..
jago juga ni anak cipokannya” batin Sasha tanpa sadar memuji ciuman
ganas Momo. “Aduh.. basah deh.. Sebeelll..” jerit hati Sasha lagi.
“STOP!”
teriakan Danan yang tiba-tiba mengagetkan insan-insan muda ini dari
aktivitas dan fantasi mesumnya masing-masing. “Udah pas 30 detik nih”
kata Danan pelan berusaha mohon maaf atas pandangan tidak terima dari
Randy dan Momo, termasuk Sasha dan Vani juga. Sasha masih agak gelisah
dan tertunduk dengan pipinya agak bersemu merah ketika Randy (yang
sangat tidak terima karena Momo yang dapat aktivitas mengaksyikkan lebih
dahulu) memulai putarannya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~
Sampai
beberapa putaran kemudian, kartu-kartu yang muncul meliputi: Vani yang
harus menari erotis selama 30 detik (menyebabkan Momo melongo dan Danan
air liurnya menetes tanpa sadar), Momo yang harus melepas kaosnya
(diiringi protes tidak niat dari Vani dan Sasha yang merasa tertipu
karena ga ada omongan bahwa ada kartu-kartu yang hukumannya lepas baju.
Randy berkelit dengan berkata bahwa dia juga tidak hapal keseluruhan isi
kartu. Tapi Randy tidak mengatakan kepada kedua cewek tersebut bahwa
masih ada 4 kartu lainnya yang senada), lalu keberuntungan dewa mesum
yang kembali berpihak ke Randy karena mendapat “hukuman” untuk menciumi
leher dan telinga Vani (yang dinikmati Vani tapi mati-matian tidak
diakuinya. Padahal semua orang jelas-jelas melihat Vani memejamkan mata
dan mendesah pelan walo sekejap ketika lidah Randy menjilatinya
kupingnya). Momo mau membayar berapa saja untuk bertukar posisi dengan
Randy untuk “menjilati” leher Vani, karena jujur aja, sejak Vani keluar
dari kamar mandi tadi, Momo udah nafsu habis sama ni cewek.
Akan
tetapi, dewa mesum menjawab juga doa Momo ketika bidak Vani mendarat di
properti Momo di area Merah. Dan karena inilah, Vani dan Sasha baru
sadar mengapa area merah harganya paling mahal. “Ayo cepat ambil
kartunya” desak Momo tidak sabar kepada Danan. Buru-buru Danan mengambil
kartu “RENT” merah dan membacanya “Pemilik properti berhak memegang,
membelai dan meremas dada ATAU pantat penyewa properti selama 1 menit”.
Tangan Danan sampai agak gemetaran demi membaca hal tersebut. Dia tidak
percaya keberuntungan Momo. Protes Vani langsung meledak “Ahhhh… apaan
tuh bayarannya” protes si Vani sambil merebut kartu dari Danan dan
membacanya sendiri. Pipi Vani langsung bersemu merah. Vani membuang
kartu tersebut dan melindungi dadanya dengan kedua tangannya “Ga mau ah
gue” ujar Vani sambil cemberut memandang Momo yang senyum mesumnya
melebar. “Ayo Van, kan elo udah setuju sama aturan maennya” rayu Momo
sambil berusaha lembut menyingkirkan tangan Vani dari dadanya. Vani
tetap bersikukuh melindungi dadanya sampai Danan berkata “Kalo gitu BB
dan uang Mbak Vani, Danan sita”. “Yahh.. kok elu gitu Dan” melas Vani.
Sasha ikut menimpali “Yee tadi aja lo dukung Randy nyipokin gue. Giliran
elu, ga mau” balas si Sasha nakal. “Ran, Dan, pegangin aja tangan si
Vani” tambah Sasha yang langsung disanggupin oleh Randy dan Danan penuh
semangat.
“Udah..
udah.. ga usah dipegangin. Kaya gue maling aja” kata Vani akhirnya
menyerah. “Buka kaos lo kalo gitu dong Van” perintah Momo penuh
kemenangan. “Eh, ga ada perintahnya untuk buka baju wek” balas Vani
sambil memeletkan lidahnya. “Mbak Vani bener Mas Mo” bela Danan yang
dibalas dengan lirikan mematikan Momo. “Ya uda, busungin dada lo kalo
gitu Van” ujar Momo penuh pengertian. “Napa lo ga milih pantat aja Mo”
Vani masih mencoba menawar. “Ga. Gue maunya toket lo. Titik!” tegas Momo
berwibawa. Akhirnya, Vani pun pasrah pada nasibnya dan sedikit
membusungkan dadanya ke arah Momo. Detik itu juga Momo melihat satu
keanehan dari dada Vani. “Eh, kok kayaknya ada yang salah sama toked ni
cewek” batin Momo bertanya-tanya sambil menjulurkan kedua tangannya
menggapai dada Vani. Jantung Vani berdetak dua kali lebih cepat demi
menghadapi sentuhan cowok asing di salah bagian tubuhnya yang sangat
privat. Rasanya tidak karuan menunggu detik-detik kedua tangan Momo
merengkuh kedua bongkah susunya. “Aduhh.. gue kan ga pake BeHa. Pasti
Momo langsung sadar kalo gue ga pake begitu toket gue dipegang” batin
Vani panik, dadanya berdebar kencang mengantisipasi kedatangan jemari
Momo. Dan benar saja, begitu telapak tangan Momo menyentuh gunungan dada
Vani, Momo langsung menyadari apa yang tadi menarik perhatiannya.
“Eh,
lo ga pake BeHa Van?” kata Momo berbinar-binar sambil mulai
meremas-remas gundukan daging kenyal tersebut. “Uh-uh..” cuma itu suara
yang keluar dari bibir sensual Vani. “Yang bener Mom?” tanya Randy
tercekat tidak percaya. “Nih” kata Momo sambil kedua pasang jemari
tangannya membentuk hurup C besar memegang toket Vani di pangkalnya dan
menarik kain kaos mengencang. Sehingga toket Vani menjeplak jelas di
kaosnya menunjukkan kedua putingnya yang tanpa pelindung. Mata Randy dan
Danan nyaris meloncat keluar melihat siliuet keindahan toket bulat
besar dengan puting menjeplak jelas. “Ahhh… apaan sih.. Buruan deh”
rengek Vani tengsin ketahuan tidak pake beha. Momo tentu saja tidak
menyia-nyiakan sedetik pun lagi untuk menikmati kelembutan dan
kekenyalan toket cewek bahenol ini karena waktu terus berputar. Momo
juga baru sadar kalo toket Vani sangat besar, karena dari tadi terkubur
dibalik tshirt gombrangnya. “Buset Van, besar amat toket lo. Bener-bener
toge neh” puji Momo sambil menelan ludah berkali-kali. Jemari Momo
dengan buasnya berputar-putar dan meremas-remas penuh nafsu gundukan
daging Vani tersebut. Diselingi dengan pijitan dan pilinan di kedua
putingnya. “Auuh… jangan keras-keras Mo” kata Vani pelan setengah
mengerang. Tapi suara erangan Vani malah semakin memicu nafsu birahi
Momo dan akibatnya serangan jemari Momo semakin brutal. Vani sampai
harus menahan tubuhnya dengan kedua tangannya.
Vani
menggigit bibirnya agar erangan dan desahannya tidak sampai keluar.
Remasan kasar di sekujur toked dan putingnya memberikan rangsangan yang
menyenangkan bagi tubuhnya. Tapi sesekali erangan dan desahan tanpa
terkendali keluar dari sela-sela bibirnya yang penuh. “Aduhh.. sialan
banget nih toket. Kok jadi keenakan gue diremas-remas gini” rutuk batin
Vani yang berperang antara gengsi dan kenikmatan birahi. Vani semakin
blingsatan menahan konaknya karena jemari Momo tidak hanya meremas-remas
bongkahan susunya, tapi juga dengan ahlinya memilin-milin puting
susunya. “Sshhh… Mom… kan cuma remes-remes aturannya… ohh..” desis Vani
tidak berdaya.
Kontol
Randy dan Danan makin ngaceng melihat adegan tersebut. Sampai Vani
tiba-tiba berkata “Ehhh.. udah berapa menit nih Dan”. Kaget, buru-buru
Danan melihat stopwatch di HP-nya. “Eh, oh.. udah.. udah abis waktunya”
kata danan panik. Vani buru-buru mendorong Momo menjauh. “Udahan tau..
Kesenengan lo ya” maki Vani sambil memonyongkan bibirnya. “Pasti
lebihnya banyak tuh” selidik Vani tajam ke Danan. “Ng… nggak kok… cuma
beberapa detik” gagap Danan sambil cepat-cepat mereset waktu di
stopwatch-nya yang sebelumnya menunjukkan 1 menit 43 detik.
Aura
birahi di kamar Sasha menjadi semakin kental setelah adegan Momo vs
Vani barusan. Ditambah lagi Sasha dengan erotisnya membelai paha Vani
sambil berkata “Lo pasti sekarang horny kan Hottie”. “Enak aja!” tukas
Vani pendek berusaha keliatan tidak terpengaruh oleh remasan-remasan
Momo. Tapi semua bisa melihat bahwa Vani bohong, karena sekarang dengan
jelas putingnya terlihat mengacung dari balik kaosnya. Sasha hanya
tersenyum nakal melihat toket Vani yang lebih jujur menunjukkan apa yang
sedang terjadi di dalam tubuh Vani. “Ayo ah, lanjut lagi” Vani berusaha
mengalihkan perhatian mereka dari dirinya. Setelah gerakan-gerakan
gelisah Randy, Momo dan Danan untuk diam-diam memperbaiki posisi penis
masing-masing yang menggeliat membesar butuh ruang yang lebih lapang,
permainan berlanjut lagi.
Setiap
dadu dilempar, keempat pesertanya menahan nafas dan deg-degan. Randy
dan Momo deg-degan karena mereka sadar tumpukan kartu semakin tipis dan
mereka sudah menguasai hampir semua properti di area merah dan hijau,
yang menandakan hukuman-hukuman yang lebih “menyenangkan” semakin besar
kemungkinan keluarnya. Terutama mereka berharap agar kedua cewek
tersebut masuk ke properti mereka karena “bayarannya” yang lebih
menggiurkan. Sedangkan Vani dan Sasha harap-harap cemas “hukuman” macam
apa yang akan keluar lagi. Cemas kalau seintim acara remas-meremas lagi,
bisa-bisa jebol pertahanan mereka dan malah minta nambah. Gengsi dong.
Apalagi Vani, karena sejak toket-nya mendapat serangan “brutal” dari
Momo, bibir bawahnya mulai berkedut-kedut gatal minta disentuh juga.
Kedua cewek tersebut setengah berharap bahwa seiring lamanya permainan,
level horny mereka bisa turun. Tapi, harapan tinggal harapan, karena
begitu tiba giliran Sasha, bidaknya dengan sukses masuk ke kotak Chance!
“Aaaaa…
kok gue kena chance lagi..” rengek Sasha. Walaupun begitu Sasha tetap
mengambil satu kartu Chance dan membacanya. “Tuuhh kan.. kena lagi gue”
rengekan Sasha berlanjut sambil menunjukkan kartunya ke Vani. “Lepaskan
bajumu. Tapi, bila sebelumnya sudah lepas baju, maka lepaskan bawahanmu”
baca Vani. Langsung sorak-sorak team cowok untuk menyemangati Sasha
terdengar “Buka bajunya.. Buka bajunya.. Buka baju..”. “Ya.. ya.. gue
buka.. gue buka” potong Sasha merajuk. “Hu-uh, ga sabar amat sih” omel
Sasha sambil mulai mengangkat t-shirt-nya melewati kepalanya. Gerakan
Sasha membuka baju betul-betul erotis. Apalagi setelah kaosnya terbuka
semua. Tubuh bagian atas Sasha hanya ditutupi bra hitamnya yang kontras
dengan kulit putihnya. Setengah gundukan toket putih 34B Sasha terlihat
mengundang untuk dijamah.
Jengah
oleh pandangan mesum Randy dan Momo (Danan pura-pura sibuk menata
kartu. Mukanya merah banget), Sasha reflek menutupi dadanya. “Apaan sih
ngliatinnya sampe kaya gitu” Sasha berlagak sebel. “Hehehe.. malah lo
harusnya bangga Sha. Itu artinya body lo bagus, sampe-sampe kita
terkagum-kagum” kata Randy mesum sambil masih berusaha mengintip ke dada
Sasha yang berusaha dilindungi oleh kedua tangannya. “Ayolah Sha,
ngapain ditutup-tutupi segala. Itung-itung amal” tambah Momo. “Iihh..
maunya kalian” cibir Sasha. “Ayo ah, lanjutin” tambah Sasha. Sambil
masih terkekeh-kekeh dan melirik-lirik mesum Randy memulai putarannya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Setelah
itu “hukuman” dan “bayaran” semakin sadis saja. Momo tinggal make
celana boxer doang, sehingga kontolnya yang ngaceng berat terlihat jelas
mengacung seperti tiang bendera. Randy memang masih celana pendeknya,
tapi sudah dapat kesempatan mencium dan menjilati lengan Vani sampai ke
lehernya. Dan sempet-sempetnya mencoba meremas toket Vani, tapi dengan
sukses dicegah oleh Danan. Randy bete abis atas sikap bankirnya yang
memegang teguh job descpnya, sedangkan raut muka Vani bete tapi tidak
jelas karena Randy coba-coba ngambil kesempatan grepe-grepe atau karena
usaha Randy tersebut dicegah oleh Danan. Vani pun sekarang tinggal make
t-shirt dan celana dalam saja (mini underwear garis-garis putih dan
merah) karena kena hukuman lepas celana. Tapi yang paling parah adalah
Sasha. Memang tidak kena hukuman yang harus kontak fisik dengan Randy
ataupun Momo lagi, tapi sekarang dia cuma ditutupi selembar celana dalam
hitam saja. Sehingga tangannya kebingungan mau menutupi bagian tubuh
yang mana.
“Seepp..
bayar Vann..” teriak Randy bahagia begitu bidak Vani mendarat di
propertinya. Danan dengan cepat mengambil kartu “RENT” dari tumpukan
warna merah. Begitu membaca kartu tersebut, mata Danan membeliak dan
mulutnya menganga. Anak-anak yang lain jadi ga sabar karena Danan gagap
baca kartu tersebut. Karena ga sabar, Randy merebut kartu dari tangan
Danan dan membacanya. Seringai mesum langsung muncul di wajahnya. Tanpa
berkata-kata Randy memberikan kartu tersebut ke Vani. “Waaaa… gila
looo…” pekik Vani sambil melempar kartu tersebut. Isi kartu tersebut
adalah “Bila pemilik properti adalah cewek, maka penyewa memberikan oral
selama 2 menit. Bila pemilik properti adalah cowok, maka penyewa
memberikan tits-job selama 2 menit”. Terkekeh senang, Randy mulai
melepas celana pendeknya. Sedangkan Vani langsung beringsut mundur sampe
menempel ke dinding.
“Van,
lo ga fair amat sih. Giliran gue aja, lo manas-manasin si Randy dan
Momo” omel si Sasha tapi sambil cengar-cengir. “Lo bukannya nolongin
malah bela Randy” Vani manyun diserang oleh Sasha. Dengan semangat
membela kemesuman, Momo dan Danan mendekati Vani dari kedua sisi dan
menarik Vani mendekati area permainan. Mendekati Randy yang sudah duduk
di tepi ranjang Sasha dan sudah memelorotkan celana dalamnya sehingga
kontolnya yang tegak mengacung mengangguk-ngangguk seolah
memanggil-manggil Vani. “Aaa.. Aaa… Aaa… Ga mau ahh.. Apaan sih kalian”
Vani merengek-rengek ketika ditarik oleh Momo dan Danan berlagak ga mau
memenuhi “kewajibannya”. Akan tetapi, sebenarnya tidak susah-susah amat
menarik Vani untuk mendekati Randy.
Akhirnya
Vani bersimpuh di hadapan kontol eh Randy. Tapi masih memalingkan
mukanya yang memerah dari Randy. “Ayo Van, cepat dimulai” kata Randy
sambil membungkuk dan menjulurkan tangannya untuk mengangkat t-shirt
Vani. “Ehh.. kan ga ada tertulis di kartu gue harus buka baju segala”
sergah Vani cepat sambil menahan t-shirt-nya agar tidak terangkat.
“Gimana caranya lo mo ngasih tits fuck kalo kaos lo ngalangin” balas
Randy agak geli. “Udahlah Van. Cuma 2 menit ini. Lagian lo juga demen
hihi” Sasha ikut nimbrung. “Aah.. apaan sih lu Sha” rajuk Vani, tapi
melonggarkan pegangan pada ujung t-shirtnya. Akibatnya dengan mudahnya
Randy mengangkat t-shirt Vani dan mengungkap gunungan daging putih di
baliknya. Randy, Momo dan Danan langsung terkesiap dan menahan nafas
selama beberapa saat demi melihat pemandangan indah yang sejak tadi
sudah mereka nanti-nantikan: toket massive Vani.
Tanpa
sadar tangan Randy bergerak berusaha menjamah toket Vani. PLAK! Dengan
sukses digampar oleh Vani kedua tangan jahil tersebut. “Ga usah
pegang-pegang!” kata Vani galak sembil melotot ke Randy. “Udah lo duduk
manis aja, yang penting lo dapat boobs job dari gue” tambah Vani.
“Danan, mulai stopwatch-nya” kata Vani lagi tanpa menoleh ke Danan.
Danan membuka pahanya dan sedikit bersandar ke belakang di tahan oleh
kedua tangannya, membuat dirinya senyaman mungkin sebelum 2 menit
kenikmatan yang menjelang. Dibiarkannya Vani menempatkan tubuhnya di
tengah-tengah pahanya, dan menikmati setiap detik mulai bagaimana kedua
tangan Vani memegang kedua bongkah susunya, lalu menjepit kontol Randy
yang tegak berdiri. “Ohh. Ssshhhhhh..” desis Randy tidak tertahankan
begitu merasakan himpitan hangat toket Vani pada kontolnya. Vani pun
mulai menggerakkan kedua toketnya naik turun mengocok kontol Randy.
Gerakan kocokannya bervariasi: mulai kocokan di sepanjang batang kontol,
kadang diselingi gerakan menggiling pal-kon selama beberapa detik yang
membuat Randy menggelinjang dan mengangkat-ngangkat pantatnya saking
nikmatnya. “Hohh.. Hmmpphhh.. Gilaaa.. Enak banget toket lo Vann..”
desah Randy keenakan.
Birahi
Randy semakin menggila, apalagi melihat pemandangan toket besar yang
diremas-remas pemiliknya agar bisa menghimpit dan mengocok kontol Randy
dengan maksimal. Randy tidak sadar bahwa Vani mulai menikmati perannya.
“Mmmppff.. panas banget ni kontol di toket gue.. bikin tambah horny aja”
batin si lonte mulai berperang. Akhirnya, Randy tidak tahan lagi untuk
berperilaku anak baik. Kedua tangan Randy tiba-tiba meraup bongkahan
melon putih Vani, lalu meremas dan menghimpitkannya lebih rapat lagi ke
kontolnya. “Aehh…” pekik Vani kaget. “Ngapain sih lo Raaagghhhh…”
kata-kata Vani terpotong erangannya ketika jemari Randy dengan ahlinya
menarik dan memilin putingnya yang sensitif. Tanpa memperdulikan protes
Vani, Randy semakin semangat meremas-remas toket Vani sambil berusaha
mengocokkan kontolnya. Terdorong oleh bobot Randy, badan Vani jadi
terlentang di karpet dan Randy mengangkang di atas Vani.
“Ahh..
Randy nakal” rengek Vani tanpa bisa berbuat apa-apa. Dengan buasnya
Randy memaju-mundurkan pantatnya, mengocokkan kontolnya di sela-sela
toket Vani yang dicengkram kuat oleh kelima jarinya. “Ajrit..
hohh..hoooh.. enak banget Van… tangan gue ga cukup.. ga cukup megang
toket lo.. haahh.. hahh..” nafas Randy ngos-ngosan akibat desakan
birahinya yang makin menggelora.
SLEP
SLEP SLEP.. suara gesekan kontol Randy dan toket Vani ditingkahi
ceracau kenikmatan Randy, menutupi suara desah dan erang tertahan Vani
yang sesekali keluar dari sela-sela bibir sensualnya. Remasan dan
rangsangan brutal di kedua toketnya yang untuk kedua kalinya ini
ternyata mulai menjebol pertahanan Vani. “Ah.. ahh.. kok gue malah makin
horny siihh… Aduhh.. mana memek ga mau diajak kerja sama, malah jadi
makin gatel.. Huhuhu gue pengen dientot” runtuk Vani dalam hati. Maka,
adegan yang tampaknya seperti Randy yang “memperkosa” toket Vani,
sebenarnya kedua insan ini sama-sama menikmatinya.
Ketika
Randy semakin mempercepat kocokannya karena rasa gatal yang menggelitik
dan menggila semakin terasa di palkonnya. Rasa gatal yang menuntut
untuk digesek terus menerus, Vani juga merasakan rasa gatal yang sama
menggila di setiap centi bibir-bibir memeknya yang mulai basah, membuat
CD-nya agak menjeplak. Andai saja Randy dapat bertahan semenit lagi
saja, maka akan terjadi double orgasm di ruangan tersebut (bayangin lo
punya cewe yang dirangsang toketnya saja bisa keluar). Tapi, apa daya..
Kontol Randy tidak bisa lagi menahan dorongan kuat dari pelirnya yang
mendesakkan aliran tekanan kenikmatan yang tak tertahanka. Dan
akhirnya.. CROTT.. CROTT.. CROTTT… “Hoouuhhhhhh…. Haaaahhhhhh… “ Randy
melenguh, badannya mengejang dan kesepuluh jarinya mencengkeram
kuat-kuat kedua melon putih Vani ketika dia mencapai orgasmenya..
“Aihhh..” pekik Vani kaget nyaris berbarengan dengan Randy, ketika
semprotan cairan kental sperma Randy mencapai wajahnya.
“Hoh..
hoh.. hmmmm… Enak banget..” kata Randy di sela-sela nafas memburunya
setelah pacuan orgasme yang baru saja lewat. Pelan-pelan Randy bangkit
dari atas tubuh Vani dan duduk bersandar di tempat tidur sambil
memejamkan matanya, menenangkan nafasnya yang agak tersengal-sengal,
Vani juga bangkit dari karpet. Lelehan peju Randy memenuhi toketnya, dan
ada sedikit di pipinya. “Iihh… Randy sebel deh” kata Vani
merungut-rungut “Jadi belepotan deh”. Tanpa berusaha menurunkan
t-shirtnya kembali, Vani menoleh ke Sasha dan berkata “Shaa.. gue minta
tissue. Dan pinjem kamar mandi lo”. “Eh Van… gue dulu yang make” kata
Sasha tiba-tiba sambil berlari masuk ke kamar mandi. “Udah kebelet pipis
nihhh.. Lo di kamar Danan aja sana gihhh” jerit Sasha dari dalam kamar
mandi. “Yaa.. bokis lo Sha” kata Vani sebel. “Danan, pinjem kamar mandi
lo” perintah Vani. “Eh.. oh.. iya.. iya mbak. Saya bukain kuncinya dulu”
kata Danan gelagepan sambil melirik-lirik toket Vani. Tapi pemandangan
itu segera hilang, karena sambil berjalan keluar menyusul Danan, Vani
menurunkan t-shirtnya.
“Anjeng..
bangsatt…” tereak Momo sambil menabok kepala Randy yang masih setengah
merem bersandar di tempat tidur Sasha, sepeninggal Vani dan Danan.
“Adow.. napa babi? Nabok-nabok sembarangan” misuh-misuh si Randy. “Enak
bener lo bisa ngentotin toket-nya Vani” balas Momo masih galak sambil
nonjok-nonjokin bahu Randy. “Tadi gue liat stopwatch-nya Danan udah
sampe 4 menit tuh. Tapi tu anak malah melongo sampe ilernya kemana-mana,
ga juga dimati-matiin” cerocos Momo. “Maho kali lo ya Mo, kalo udah
dapet kesempatan kaya tadi disia-siain.. Mana mungkinlah..” kata Randy
membela diri. “Was.. wess.. woss. Terserahlah. Sekarang gue mau tao,
masih ada kartu buat boobs job ga?” tanya Momo. “Eh, seingat gue cuma
atu Mo” jawab Randy pelan. “Wadd..!!?? Ga asyik ah! Pasti tadi lo udah
ngatur biar bisa lo yang dapet tuh kartu” tuduh Momo kejam. Rentetan
omelan Momo sudah akan meluncur lagi ketika Sasha keluar dari kamar
mandi sambil satu tangannya tetap melindungi toketnya. “Lah, mana Vani
ama Danan” tanya Sasha polos. “Lah? Pan lo yang nyuruh si Vani pake
kamar mandinya Danan?” jawab Momo. “Oh iya ya” kata Sasha bego. “Ayo,
maen lage” kata Momo. “Kelamaan nunggu Vani balik. Kan nanti pas dia
balik pas gilirannya”. “Iya.. iya.. Tapi Ran, lo pake celana dulu napa?
Ga asoy banget ngeliatin kontie yang nyusut gitu” samber Sasha. Dengan
agak males-malesan Randy memakai celananya, melewatkan CDnya yang
tergeletak agak jauh di ujung ranjang.
Giliran
Momo dengan cepat berlalu tanpa ada kejadian mesum apapun. Diiringi
desah kecewa, Momo menyerahkan dadu ke Sasha. Momo setengah berdoa agar
Sasha cuma dapat angka 4 atau 5 sehingga jatuh di wilayahnya. Tapi
malang tak dapat ditolak, angka double 6 yang keluar, sehingga bidak
Sasha bablas sampai ke titik start. “Giliran gue ya.. bwuhh!” Randy
menyembur dadunya sebelum melemparkannya. “Atu, dua, tiga, empat, lima,
enam!” Randy menghitung langkah bidaknya. Dengan sukses mendarat di
property Sasha. “Hahahaha.. skarang lo yang harus bayar ke gue” tereak
Sasha happy. “Mm.. apa nih bacaannya” komat-kamit Sasha sambil membalik
kartu RENT warna kuning yang baru diambilnya. “Penyewa harus memberikan
kepuasan kepada pemilik property dengan dildo atau vagina-toy selama 3
menit”. “Loh? Ini hukumannya buat gue apa elu sih? Kaco neh” omel Sasha.
“Lah, kan elu yang dapat puasnya Sha. Berarti emang gue harus bayarnya
dengan muasin elu” seringai mesum Randy muncul lagi. Sasha hanya
melongo. “Hoee.. apa-apaan neh. Kok lage-lage elo yang dapat enaknya?”
protes Momo sewot. Tidak memperdulikan Momo, Randy sibuk ngubek-ngubek
tas yang selama ini ngejogrok tidak menarik perhatian di pojok kamar.
“Nah
ini dia” kata Randy senang sambil mengangkat keluar sebatang dildo
warna pink berukuran sedang dari dalam tas. “Kyaa.. lo serius Rand?”
teriak Sasha sedikit agak keras karena kaget melihat persiapan Randy.
“Ayo.. buka paha lo neng” kata Randy mesum sambil merangkak mendekati
Sasha. Dildo sepanjang 15 cm dan diameter 3,5 cm terlihat agak mengancam
sehingga reflek Sasha merapatkan pahanya, sambil tetap menutupi
toketnya yang polos. “Mo, bukain paha Sasha dong” pinta Randy sambili
menoleh ke Momo. Tidak perlu diminta dua kali, dengan semangat Momo
beringsut mendekati Sasha. “eh.. eh.. ga usah.. ga usah. Ga perlu Momo
ikut-ikutan” Sasha akhirnya bekerja sama juga. “Tapi ga perlu buka CD
bisa juga kan?” Sasha tetap menawar agak memelas. “Ya boleh aja” kata
Randy sok tidak butuh, “Tapi gue eksekusinya dari belakang elu ya”
tambah Randy. “Hah? Gimana? Ga ngarti gue” sahut Sasha agak bingung.
“Udah, lo ngikut aja” jawab Randy sambil bergerak dan duduk di belakang
Sasha.
“Buka
paha lo Sha” bisik Randy di telinga Sasha, membuat Sasha sedikit
menggelinjang karena hembusan nafas hangat Randy membelai lehernya.
Karena Sasha masih sungkan-sungkan membuka pahanya, tangan Reno dari
balik punggung Sasha bergerak membuka paha Sasha. Akibatnya Sasha
terpaksa menyandarkan punggungnya di dada Randy dan membuka pahanya.
Detak jantung Sasha mulai berpacu lebih cepat. Takut, malu dan sekaligus
mengharap membuat rona merah di pipi Sasha semakin terlihat.
Randy
mulai menggesek-gesekkan ujung dildo ke belahan memek Sasha yang masih
tertutup underwear mini warna hitamnya. Tubuh Sasha menegang begitu
bibir memeknya menerima tekanan dan gesekan dari benda tumpul tersebut.
Setelah beberapa saat adegan pemanasan yang menegangkan tersebut, Sasha
tiba-tiba teringat sesuatu. “Mo, cek stopwatch-nya dong” kata Sasha
berusaha mengeluarkan suara yang tenang, tapi malah suaranya agak
tercekat dan serak. “Lo mulai horny kan Sha.. Udah nikmatin aja” bisik
Randy lagi sambil menggigit-gigit kecil kuping Sasha. “Shhhh… emmhhh..
ga boleh gigit-gigit Rand…” desah Sasha pelan masih berusaha terlihat
kuat tidak tergoda, tapi pinggulnya mulai bergerak-gerak seirama gesekan
dildo.
Tanpa
disadari Sasha yang birahinya mulai naik, jemari tangan kiri Randy
mulai menyibakkan kain CD Sasha kesamping, sehingga memek Sasha yang
mulus karena jembinya diwax tampil ke permukaan. Momo sudah memposisikan
duduk tepat di seberang Sasha, menelan ludah berkali-kali ketika
melihat pemandangan indah gundukan memek dari sebaris tipis belahan
merah kecoklatan di tengahnya. Pelan-pelan Randy menekankan ujung dildo
membelah memek Sasha yang sudah agak mengkilap basah. “SLEEPP…” suara
pelan benda tumpul yang membelah himpitan rapat dinding-dinding basah
memek Sasha terdengar, disusul oleh lenguhan Sasha yang kaget karena
disusupi benda asing. “Ouhhhh…” lenguh Sasha yang matanya langsung
terbuka lebar. “Uhh.. bilang-bilang dong kalo mo masukin..hmmmppff..”
rengek Sasha sambil memukul paha Randy pelan.
Rengekan
Sasha tidak berlanjut lebih lama lagi, karena Randy mulai mengocokkan
dildo tersebut. Ditariknya perlahan-lahan dildo keluar dari memek Sasha,
lalu menekannya lagi amblas ke dalam sampai cuma sisa 2 cm untuk
dipegang saja. Sasha menggeliat gelisah, karena nikmat birahi semakin
menggelora di sekitar selangkangannya. Tangannya kini tanpa sadar tidak
melindungi toketnya lagi. Sibuk meremas paha Randy. Sehingga toketnya
yang bundar mancung berukuran 34B terlihat jelas, tegak menantang.
Aerolanya yang pink kecoklatan melebar dan putingnya yang ereksi penuh
menandakan Sasha sudah horny habis. “Uhh.uhh.. uhh.. ssshhhh…” desah
Sasha seirama kocokan dildo di memeknya yang basah kuyup. Birahi Sasha
semakin tidak tertahankan karena kini tangan kiri Randy meremas-remas
toketnya dengan brutalnya. Ditekan dengan telapak tangan, lalu diremas
kuat-kuat dan akhirnya diperas-peras seperti hendak mengeluarkan
susunya. “Ouuhhh.. anjeenggg… Gue ga tahan lagi.. Gatel bange memek
gueeee.. Bodo ah, yang penting gue puasin dulu ni memek” kata Sasha
dalam hati yang akhirnya menyerah oleh godaan birahi dan dildo yang
menyesaki liang kawinnya. “Nggaahhhh.. lo.. lo aphain toket gue Rannn…
Kan ga bol.. Hoohhh..” ceracau Sasha diselingi desahan erotisnya malah
membuat Randy semakin buas.
Suara
berkecipakan basah dari dildo yang keluar-masuk dengan cepat di memek
Sasha menjadi soundtrack yang melengkapi pemandangan bokep live show di
depan Momo. Sasha yang duduk mengangkang, dikocok dildo yang menjadi
mengkilap basah oleh cairan memek, dan geliat sexy tubuh Sasha mendapat
ransangan dari dildo di memeknya dan remasan-remasan tanpa ampun pada
toketnya, membuat konak Randy dan Momo semakin tidak tertahankan. Bahkan
Momo sudah mendesah-desah sendiri sambil mulai mengocok kontolnya
perlahan, betul-betul melupakan tanggung jawabnya untuk menghitung
waktu.
“Enak
nggak Sha dildonya” bisik Randy disela-sela gigitan-gigitan kecil di
leher dan telinga Sasha. “Hmmmppfff… ssshhhhh..oohh.. Yahh.. ennhhakk
Ran…ennakk… ahhh..” erang Sasha yang sedang berada di langit ketujuh.
“Cep.. cepetin ngocoknya Ran.. gue ampir nihh… hhhhhhmmmm…”.
Tidak
perlu diminta dua kali, Randy mempercepat RPM kocokan di memek Sasha,
membuat gelinjang tubuh Sasha semakin liar. “Gillaa.. gilla… memek gue
makin gatel aja.. Aduhh gue ga kuat lagi..” batin Sasha ikut-ikutan
meceracau liar. 30 detik kemudian….
“Ngggaahhhhhhh……
Ouuhhhhhhh…. Gilllaaaaaaa… “ lenguh panjang Sasha yang erotis dan
tubuhnya yang mengejang-ngejang sampai punggungnya agak melengkung
menjadi tanda betapa dahsyatnya ledakan orgasme yang terjadi. “Houhhh..
ouhhhh…. Hmmppffff.. sshhh…” desah nafas Sasha melepaskan setiap titik
nafsunya.
Sesudah
badai orgasme yang berlangsung selama sekian detik yang menghanyutkan,
tubuh Sasha bersandar lemas di dada Randy. Matanya terpejam, deru nafas
memburu masih terdengar dari sela-sela bibir Sasha. Randy membiarkan
saja dildonya di dalam memek Sasha. Tapi, kecupan-kecupan di sekujur
pundak Sasha, dibarengi belaian-belaian dan remasan-remasan lembut pada
gundukan daging berwarna putih di dada Sasha tetap berlanjut. Sasha
menikmati setiap detik perlakuan Randy tersebut, sehingga tidak sadar
bagaimana mini CD-nya mulai dilucuti oleh Momo.
Momo
menelan ludahnya kembali begitu melihat selangkangan Sasha yang polos
tidak lagi terlindungi oleh CD-nya. Memek putih dengan hanya sepetak
jembi di bagian atasnya, terlihat menggunung dan mesum karena sebatang
dildo mencuat di tengah-tengahnya. Tanpa meminta ijin Sasha, Momo
mencabut keluar dildo tersebut dalam sekali tarik.
“Aihhhhh..!”
pekik Sasha kaget sampai matanya terbeliak karena rasa mengganjal di
memeknya tiba-tiba hilang diiringi gesekan di sekujur dinding memeknya.
“Mau ngapain lo?” pekik Sasha lagi karena kini doi melihat Momo sudah
bugil di depannya dengan kontol hitam berurat yang mengacung tegak siap
tempur. “Hehehe.. Sekarang giliran gue bayar Rent Sha. Gue bayar
kontan!” kata Momo terkekeh mesum, seraya bergerak membuka paha Sasha
lebar-lebar dan menempatkan tubuhnya di tengah-tangahnya.
“Ahh..
Momo.. Gue ga mau…” rengek Sasha sambil berusaha bangun untuk mendorong
pergi tubuh Momo. Namun dengan sigap Randy menahan tubuh Sasha agar
tetap setengah terbaring, bersandar di dadanya. “Sudahlah Sha, ga
mungkin lo udah puas sama dildo kecil kaya gitu” kata Momo dengan nafas
yang memburu sambil kedua jempolnya merekahkan bibir tembem memek Sasha
untuk memberi jalan bagi kontolnya. “Biar gue tunjukin enaknya kontol
sejati” tambah Momo sambil melesakkan kontol hitamnya ke himpitan lubang
merah muda Sasha.
“Houuuuuhhh..
“ lenguh Sasha tidak tertahankan ketika dinding-dinding memeknya
tiba-tiba disesaki benda asing yang lebih tebal daripada yang
sebelumnya. Mata Sasha membeliak nanar menatap tidak fokus pada cowok di
depannya sambil mengigigit bibir bawahnya. Raut mukanya sedikit banyak
menunjukkan apa yang sedang berkecamuk di otaknya, dan di memeknya tentu
saja. “Anjrittt.. tebel amat kontol si Momo. Penuh banget rasanya memek
gue” maki Sasha dalam hati. Menimbang pilihan-pilihan yang tersedia
saat itu, akhirnya detik berikutnya Sasha mengambil keputusan yang
paling masuk akal. Sasha membuka pahanya lebih lebar lagi, dan bersiap
menikmati pertempuran sex yang menjelang. Bring it on, boys!
Pinggul
Momo mulai bergerak maju mundur secara sistematis, menghantam
selangkangan Sasha berkali-kali dengan penuh dedikasi. Setiap bagian
dinding memek Sasha menjerit bahagia menerima gesekan kontol hitam
berurat, sehingga cairan cinta pelumasnya membanjir menimbulkan bunyi
berkecipakan becek. “Oooohhh… ohhh… Iya behnerr gitu Mo.. teruss Mo..
aaahhhh…” desah Sasha yang tubuhnya menggelinjang binal, hanya
tertahankan oleh dekapan Randy yang tetap sibuk menggarap kedua toket
34B-nya.
Tidak
sampai 5 menit sejak gempuran kontol Momo, Sasha mulai merasakan lagi
sensasi gatal yang semakin menggila mengumpul di bibir-bibir memeknya.
Tapi, ketika rasa birahi itu sudah hampir sampai di puncaknya…. “Mo,
stop dulu. Pindah ke ranjang aja, gue juga pengen ngentotin Sasha” kata
Randy tiba-tiba. “Eh.. oh.. sel.. selesein dulu dong..” rajuk Sasha.
Tapi, Momo sudah mencabut kontolnya, dan mereka berdua membopong Sasha
ke atas ranjang.
“Mo,
giliran gue make memeknya ya” pinta Randy yang langsung di-acc oleh
Momo. “Nungging Sha” perintah Momo yang menempatkan dirinya di depan
Sasha. Sasha betul-betul nervous karena ini adalah pengalaman pertamanya
three-some. Well, like once a wiseman said, there will always a first
time for everything. Sasha tidak bisa ragu-ragu lebih lama lagi, karena
Momo sudah mendorong kontolnya untuk masuk ke mulut mungil Sasha.
“Ohumm..” Sasha agak gelagepan ketika mencoba mengulum kontol Momo yang
tebal. Tapi itu hanya untuk sesaat. Dengan lihainya Sasha melumat-lumat
palkon Momo, lidahnya dengan binal menjilati lubang kontol dan diselingi
sedotan agak kencang yang membuat Momo melenguh keenakan. Momo
menjambak rambut Sasha dan mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur,
ngentotin mulut Sasha dengan buasnya.
Sedang
asyik-asyiknya menyepong kontol Momo, tiba-tiba Sasha dikagetkan lagi
oleh penetrasi kontol Randy dari belakang. “Ngouhh..” lenguh Sasha tidak
jelas karena mulutnya penuh oleh kontol Momo. “Ssshhh… mantep banget
emang memek lo Sha. Masih rapet aja” puji Randy sambil memulai gerakan
menyodok-nyodok yang mantap. Sasha jadi susah berkosentrasi untuk
menservis kontol Momo, karena kocokan kontol Randy membuat gatal di
memeknya menggila lagi. Kini Sasha hanya membiarkan mulutnya terbuka dan
dikentot oleh Momo karena pikirannya tercurah pada betapa nikmatnya
gesekan kontol Randy pada dinding-dinding memeknya. Pacuan nafsu ketiga
insan muda ini memasuki babak yang panas membara. Sementara itu,
bagaimana kabar Vani? Kenapa dia belum balik juga ke kamar Sasha? Mari
kita cari tau. Yuukk.
Mari
mundur beberapa menit yang lalu ketika Vani keluar dari kamar Sasha,
membuntuti Danan menuju kamarnya untuk pinjam kamar mandi.
Di
luar kamar Sasha, suasana kos-kosan lenggang, karena memang hujan masih
tercurah dengan derasnya. Suaranya menderu-deru lebih keras di luar
sini. Adem kaya gini, emang lebih enak buat ngelungker tidur, atau
ngentot hehehe. Makanya Vani cuek aja hanya memakai t-shirt gombrang
tanpa celana pendeknya lagi, lari-lari kecil ke kamar Danan yang
letaknya tepat di sebelah kamar Sasha. Toh, tshirtnya menutupi
seperempat pahanya.
Danan
dengan gugup mencoba membuka kunci kamarnya, namun tidak
berhasil-berhasil membuat Vani semakin jadi tidak sabar. Rasa
lengket-lengket di dadanya ingin cepat-cepat dibasuhnya. Apalagi kini
peju Randy menciptakan pulau-pulau di tshirtnya. Karena tidak sabar,
Vani mencoba membantu Danan membuka kunci pintunya. Vani tidak sadar
bahwa upayanya itu malah membuat toketnya menempel pada punggung Danan.
Nyaris tersedak bahagia, Danan menjatuhkan kuncinya. “Ahhh… rempong amat
sehh” kata Vani sebel sambil mengambil kunci di lantai tanpa rasa
bersalah. Dengan mudah Vani membuka kunci pintu kamar Danan dan membuka
pintunya.
Tanpa
babibu lagi Vani langsung masuk ke kamar mandi Danan yang letaknya
dipojok kiri kamar. Di dalam kamar mandi, Vani langsung membuka
t-shirtnya dan langsung menyiram tubuhnya dengan air dari shower.
Dibersihkannya sisa-sisa peju dari toketnya. “Ah.. segar.. “ kata Vani
dalam hati sambil masih mengusap-ngusap gundukan mancung toket 36C-nya.
Tanpa sadar usapan-usapan itu berubah menjadi remasan-remasan yang
erotis. “Ssshh… kok horny gue belum ilang ya. Kupret juga si Randy..
hmmmppffff..” batin Vani, yang kini jemarinya memilin-milin putingnya
yang makin tegak dan keras. Birahi Vani muncul kembali karena nafsu
birahi tersebut sudah menumpuk sejak dimulainya game sexopoly, dan
semakin menumpuk seiring “hukuman-hukuman” erotis yang diterima dan
dilihatnya. Seolah-olah game Sexopoly tersebut berlaku seperti foreplay
selama 1 jam (bayangkan rasanya sodara-sodara!). Hal yang sama terjadi
pada setiap peserta game itu tadi. Kini nafsu tersebut semakin membesar
dan menuntut pemuasannya.
“Ah..
basah deh CD gue” tiba-tiba Vani tersadar dia lupa melepas CD-nya. Vani
pun membungkukkan tubuhnya sambil mengangkat satu kaki untuk meloloska
CD-nya. Ada satu hal lagi yang Vani lupakan. Dan lupa yang satu ini
lebih besar implikasinya.
Vani
lupa mengunci pintu kamar mandi! Sepasang mata yang membeliak penuh
nafsu telah mengamati setiap gerakan remas-meremas Vani. Ketakutannya
terlalu besar untuk mengambil langkah apa yang lelaki sejati eh mesum
harus lakukan ketika melihat cewek ngremes-ngremes toketnya sendiri.
Tapi, cowok polos pun ada batasnya. Batasnya adalah gerakan membungkuk
Vani untuk melepas CD-nya. Dalam sekali gerakan yang luar biasa, Danan
melepas semua pakaiannya, berdiri bugil, lalu membuka pintu kamar mandi
lebar-lebar dan melangkah penuh nafsu menggelora menghampiri tubuh polos
Vani di bawah shower.
“Aiiihhhh….”
Vani terpekik kaget ketika 2 tangan tiba-tiba mendekapnya dari belakang
dan langsung meremas-remas bongkahan pepaya bangkoknya. Vani langsung
tahu itu adalah Danan. “Danan! Ngapain sih lo!” teriak Vani lagi. Danan
yang sudah kesetanan malah semakin erat memeluk Vani dan semakin gencar
meremas-remas toket Vani. “Mbak.. mbak.. lo sexy banget.. Gue pengen
ngentotin lo mbak Van..” suara Danan yang penuh nafsu parau menjawab
pertanyaan Vani. Bahkan kini Danan mencoba menyodok-nyodokkan kontolnya
ke pantat Vani.
“Ahh..
ahh… Danan.. Dan…. Jangan disitu… jangan disitu” teriak Vani panik
sambil kedua tangannya bersandar pada dinding kamar mandi karena desakan
tubuh Danan. Danan yang penuh nafsu buta tidak sadar palkonnya
berkali-kali mencoba mendesak masuk ke lubang anus Vani. Maka itu si
cewek bahenol ini blingsatan panik. Tapi tak urung lenguhan-lenguhan tak
tertahankan tanpa sadar keluar dari mulut Vani ketika ujung kontol
Danan mendesak-desak lubang anus Vani, karena lubang anus adalah salah
satu titik sensitif Vani.
“Rouuhh..
ngahh.. bukan.. bukan di situ Dan.. jangannn… houuhhh..” pekik mesum
Vani semakin tidak jelas dan Vani sudah hampir menyerah. Tapi ketika
kontol Danan betul-betul masuk ke lubang pantat semok Vani hampir 1cm,
Vani memekik keras “AAAAHHHHH… DANNNANNNN…!” Dan pekikan ini menyadarkan
Danan.
“Eh..
sorry.. sorry mbak.. Danan kebawa nafsu” “Hah..hah.. hiya.. iya..
gapapa..” jawab Vani tersengal-sengal. “Tolong pelan-pelan cabut kontol
lo. Ngentotnya selow aja ya” pinta Vani memelas. “Iya.. iya mbak” kata
Danan sambil menarik mundur pantatnya. PLOP! “Aiiihhhh…” pekik Vani
kaget ketika sesakan kontol melepaskan diri dari ujung lubang anusnya.
“Nah..
lo masukinnya ke memek gue yah..” kata Vani pelan seraya menyandarkan
tangannya di dinding lebih nyaman lagi, membungkukkan tubuhnya, membuka
pahanya lebar-lebar dan menunggingkan pantatnya sehingga belahan memek
tembemnya terpampang jelas. Danan nyaris pingsan tidak percaya melihat
cewe sesexy bintang bokep menungging di depannya siap untuk doggie
style.
“Jangan
cuma diliating doang dong.. “ rajuk Vani yang agak tengsin karena
posisi mesumnya dianggurin oleh Danan yang masih bengong terpana. “Eh
iya mbak” kata Danan tersentak dari keterpanaannya, bergerak menjamah
pantat Vani. Mengagumi pantat nonggeng Vani, Danan meremas-remas kedua
belahan pantat semok tersebut. Vani hanya mendesis-desis perlahan,
menikmati sensasi ransangan tersebut.
Tiba-tiba
Danan malah jongkok di antara paha Vani. Vani yang sebenarnya sudah
bersiap-siap menyambut penetrasi kontol Danan jadi terheran-heran dan
sedikit sebel. Vani menjulurkan lehernya ke bawah dan melongok ke
belakang melalui sela-sela pahanya dan melihat Danan memandangi
memeknya. “Danan, lo mau ngentot atauuuuuu.. uuhhhhhh…sshhhhh”
pertanyaan Vani terpotong ditengah jalan dan digantikan oleh desisan
kenikmatannya. Karena pada detik itu juga, mulut Danan mencaplok
bulat-bulat gundukan memeknya.
Sudah
lama Danan ingin melakukan ini, melakukan oral ke memek cewek.
Dilumatnya bibir memek Vani, dihisap-hisap dengan suara seruputan yang
mesum banget sambil kedua tangannya sibuk meremas-remas pantat Vani. Si
cewek lonte ini jadi menggelinjang keenakan karena servis oral Danan
yang brutal. Apalagi ketika lidah Danan mulai membelah masuk dan
menggeliat-geliat didalam memek Vani. Rasanya? Luar biasaaa… “Ohh..
fuccckkkk…. Enak banget sihhhh…” maki Vani dalam hati. “HHHoohhhh…
yahhh… yahhhh… ngahhhhh… ya kaya gitu Dan.. kaya gitu…shhhh…” ceracau
liar Vani membahana di dalam kamar mandi.
Kenikmatan
liar hewani menyeruak dari setiap sisi memek Vani yang dilumat oleh
Danan. Sensasi gatal yang semakin digaruk semakin menggila rasanya,
berkumpul, mendesak, menuntut jalan keluar untuk meledak memenuhi
tuntutan birahi. Vani sangat akrab dengan sensasi menuju orgasme yang
sangat disukainya ini. Vani tau hanya beberapa lumatan atau beberapa
gelinjang lagi dibutuhkan untuk mencapai puncah kenikmatan itu. Tapi,
dewa mesum mempunyai maksud yang lain, karena pada detik-detik krusial
tersebut, Danan malah menghentikan oral seks-nya.
“Lhhoooo..
kok brenti?” pekik Vani parau tidak terima digantung seperti itu. Tapi,
bukan maksud Danan berhenti membahagiakan Vani. Hanya saja, Danan kecil
sudah teriak-teriak protes menuntut gilirannya. Kontol Danan yang 16cm
panjangnya, namun berdiameter hampir 4cm sudah ngaceng sempurna.
Dananpun mencoba membobol memek Vani. Namun, setelah beberapa kali
tusukan yang seringnya nyasar ke lubang anus Vani, akhirnya Vanipun
tidak sabar lagi.
“Sini
kontol lo Dan” kata Vani sambil menjulurkan tangannya ke bawah ke
sela-sela pahanya menggapai kontol Danan. Dengan pasrah Danan membiarkan
jemari lentik Vani menggenggam ujung kontolnya dan mengarahkannya ke
lubang memek Vani. “Ajrit! Gede juga kontol ni anak. Moga-moga ga melar
memek gue abis ini” batin Vani setengah takjub setengah jiper menyambut
penetrasi kontol gede si Danan. Yang bikin si lonte ini agak jiper
adalah palkon Danan yang bulat besar seperti helm tentara. Betul-betul
seperti jamur kontol si Danan ini.
Jemari
Vani dengan lihainya menempatkan palkon Danan tepat di bibir memeknya
yang sudah mereka basah siap dikawinin. “Sekarang tekan pelan-pelan Dan”
perintah Vani dengan suara agak bergetar, dag dig dug menyambut
datangnya batang kebahagiaan. Mematuhi Vani, perlahan Danan memajukan
pinggulnya, mendesak palkonnya masuk ke sela-sela gundukan daging basah
tersebut. “Ukkhh…” Danan agak menggerung pelan karena palkonnya
kesusahan memasuki memek Vani. “Pelan-pelan aja Dan.. pelan-pelan aja”
bisik Vani setengah berharap. Tapi Danan sudah tidak sabar lagi. Sambil
mencengkeram pinggul Vani kuat-kuat, Danan menarik pantat Vani kearahnya
dan sekaligus mendorong kontolnya kuat-kuat ke dalam memek Vani. BLESH!
“GOUUHhHHHH…..” lenguh Vani keras, kaget karena tiba-tiba memeknya
terasa begitu penuh sesak oleh benda asing.
Baru
saja Vani hendak teriak protes ke Danan, Vani merasakan kontol Danan
mulai bergerak cepat maju mundur menggesek liang memeknya. Alih-alih
memaki Danan, erangan dan lenguhan erotis Vani yang terdengar. Dan dalam
sekejap, sensasi menuju puncak birahi muncul lagi. Bahkan lebih
menggila dari sebelumnya. “Nggahhhh… ngaahhh…. Ouuhhhh Dannannn…
enakkkhh bangettt… ngaahhhh..” lenguh Vani sambil menggeleng-gelengkan
kepalanya heboh. Tidak sampai 2 menit dikocok… “Wooahhhhhh…..
ooooohhhhhh….. gue nyampeeee….aahhhhh…” erangan orgasme Vani pun
terdengar, dibarengi oleh pinggul dan pantatnya yang berkejut-kejut,
sebagai reaksi heboh memeknya menyemburkan peju orgasme Vani membasahi
kontol Danan di dalam memeknya.
Kaget
karena baru pertama kali melihat cewek orgasme, Danan menghentikan
kocokannya dan mengikuti arah gerak tubuh Vani yang pijakan kakinya
melemas sehingga bersimpuh menungging di lantai kamar mandi. “Hah..
hah.. hah.. enak gila” Vani ngos-ngossan menikmati sisa-sisa kenikmatan
puncak birahi pertamanya. Tapi Vani tidak bisa bersantai lama-lama,
karena kontol Danan yang masih ngaceng keras di dalam memeknya, mulai
bergerak memompa lagi.
“Dan..
dan.. time out bentar ya.. “ pinta Vani tanpa harapan. Tidak
memperdulikan permohonan Vani, Danan malah semakin mempercepat
genjotannya. Dan seperti biasa, birahi si Vani naik lagi dengan cepat.
Vani pasrah membiarkan memeknya dihajar oleh kocokan buas kontol Danan
dari belakang. Hanya suara-suara lenguhan Vani yang menandakan betapa
Vani menikmati persenggamaan ini.
Tidak
sampai 5 menit sejak orgasme pertamanya, orgasme kedua Vani meledak.
“Hooahhhhh… kkok.. kokk.. gue lagiiiiiii… Ngaahhhhhhhh…”. Kali ini Vani
betul-betul lemas sampai tengkurap di lantai kamar mandi. “Ooohhh..
hah.. hah.. hah” Vani mencoba menenangkan nafasnya yang masih memburu.
“Danann… istirahat bentar yahh..” mohon Vani. ‘iya.. iya mbak” kali ini
Danan memenuhi permintaan Vani. “Pindah ke ranjang aja ya Mbak” ajak
Danan sambil mengangkat Vani. Sambil berpelukan ke Danan, Vani pun
melangkah keluar dari kamar mandi dan langsung rebah terlentang di
ranjang Danan.
Beralaskan
empuknya ranjang Danan, Vani memejamkan matanya sejenak sambil mengatur
nafasnya pelan-pelan. “huhh.. huhhh… hufff” deru nafas Vani terdengar
perlahan. Danan hanya berdiri tegak di samping ranjang memandangi tubuh
polos Vani. Cewek manis berambu bob warna brunette dengan tampang mesum.
Bibir yang penuh mengundang untuk dicium. Toketnya yang terlihat besar
mengacung padahal si empunya sedang dalam posisi tidur telentang. Perut
rata, pinggang mengecil, kemudian membesar lagi dipinggulnya bak gitar
spanyol. Gundukan tembem memek mulus tanpa sehali jembi pun melengkapi
pemandangan erotis tubuh bugil Vani.
Tanpa
bisa ditahan lagi, konto Danan kembali mengacung tegak. “Hei, lo cuma
mau liatin gue kaya gitu terus ato mo ngentotin gue” tiba-tiba Vani
menegur Danan sambil tersenyum mengundang. Ternyata nafsu birahi Vani
belum terpuaskan oleh 2 orgasme. Dan memeknya sudah teriak minta
dikontolin lagi. Basah, becek siap dipenetrasi.
Menyambut
Danan, Vani membuka dan mengangkat pahanya, melipat ke arah tubuhnya
sehingga Danan bisa menggenjotnya dari atas. Dengan penuh nafsu Danan
melesakkan kembali kontolnya ke memek basah Vani, yang lagi-lagi
diiringi oleh lenguhan kaget Vani. Dengan penuh semangat Danan
menggenjot memek Vani, membuat ranjangnya berkeriut-keriut heboh. Toket
Vani pun tidak lepas dari sasaran kebuasan Danan. Diremas-remasnya toket
massive tersebut, diperas-peras layaknya sapi perah dikeluarkan
susunya. Mulut Danan mencaplok dan mengemut-ngemut kasar puting Vani
yang besar, membuat Vani melolong-lolong kesakitan sekaligus keenakan.
Berpadu menjadi satu menciptakan sensasi birahi yang menggebu-gebu.
Vani
menjambak rambut Danan dan meceracau ribut. “Yahhh.. yahhhh.. kentot
gue.. kentot gue.. Ouuhhhhh… hohhh… hoooh… Cepetin Dannnnn..” raung Vani
yang nyaris meledak tidak mampu menahan gelora birahi yang
menghantamnya berkali-kali menuntut untuk dipuaskan. Danan menyambut
gembira tantangan Vani dan mempercepat pompaannya. Sambil mencengkeram
kuat-kuat kedua toket Vani, genjotan Danan semakin jadi tidak beraturan.
“Ini mbak.. ini mbak.. rasain kontol gueeee… Hooohhhhh” lenguh Danan
binal.
Danan
mulai tidak mampu menahan ledakan orgasmenya. Terasa ada aliran yang
menggelora di sepanjang batal kontolnya, menggedor-gedor ujung palkonnya
siap menyembur. “Mbak.. mbak.. Gue mo nyampe nihhh…” erang Danan
diujung pertahanannya. “Ga boleh.. ga boleh keluar.. gue duluan Danan..
Ahhhh… Lo harus tahan. Awass..aahhhh” ancam Vani yang juga sudah di
ujung tanduk.
Sedetik
lagi Vani mencapai orgasmenya, Danan akhirnya menyerah. Dia mencabut
kontolnya cepat-cepat, dan menumpahkannya di perut Vani.
“HOOooaaaaahhhh…. Hhahhhh.. hhahhh…” gerung Danan sambil mengocok kontol
sampai tetes terakhir pejunya keluar membasahi perut putih Vani.
Vani
yang sudah hampir sampe juga, reflek menggunakan jemarinya
mengocok-ngocok memeknya untuk menuntaskan nafsu birahinya. CLEPP CLEPP
SLEPPPP SLEPPP SLEEPPPPP… Dan…. “Ngggggaahhhhhhh…… sssshhhhhh…
ouuhhhhhhh…. Hahhhhh.. hhhaaahhh…enaknyaa…” lenguh pamungkas Vani pun
terdengar.
Di
kamar sebelahpun, koor lenguhan orgasme Randy dan Momo berkumandang.
Sasha menikmati setiap detik kepuasan orgasmenya tanpa bisa bersuara
banyak, karena mulutnya disesaki oleh kontol Momo yang memuntahkan
pejunya sampai berleleran di sisi bibir Sasha. Hanya cengkeraman keras
jemari Sasha di pantat Momo yang menunjukkan betapa nikmatnya orgasme
memek Sasha setelah digenjot habis-habisan oleh Randy. Randy juga
tersenyum puas berhasil keluar di dalam memek Sasha yang berkedut-kedut
karena orgasmenya.
Vani,
Sasha, Randy, Momo dan Danan tertidur lemas dan puas setelah nafsu yang
tertumpuk sedikit demi sedikit dari awal permainan mendapatkan
pemuasannya masing-masing. Sambil mendekap Danan yang sudah jatuh
tertidur, Vani pun berjanji dalam hati, kalo diajak maen lagi Vani akan
memastikan Danan adalah peserta, bukan bankir lagi. Deru hujan menjadi
lulabi tidur nyenyak para insan muda ini.