Cerita Dewasa: Mimpi yang Sempurna
Cerita Dewasa: Mimpi yang Sempurna | Cerita Dewasa Terbaru -
"Akhirnya sampai juga...", aku merasa lega sudah tiba di Bali. Aku
bersama Agnes dan anaknya Chelsea berliburan ke sini, selain dalam
rangka kawin tamasya, ini untuk liburan bagi mereka. Aku tau kejadian
sebelumnya sudah pasti tidak bisa dilupakan, Agnes dan Chelsea sudah
mendapat beberapa therapi dari psikiater, mereka sudah agak baikan, kini
aku yang harus membawa mereka bersenang-senang untu melupakan bebannya.
Hari
pertama kami langsung ke pantai, Chelsea terlihat senang sekali. "Man,
thanks ya sudah perhatian sama kami", kata Agnes. "Loh loh, kita kan
sudah menjadi suami istri, apa yang harus disungkan kan lagi?", kataku.
Kami duduk di bawah pohon kelapa sambil melihat Chelsea yang sedang
bermain pasir dengan senangnya. Karena kami datang bukan di hari
liburan, pantai lumayan sepi, lebih asyik untuk bersantai, tidak seperti
hari libur yang ramai dengan pengunjung. "Aku gak mau kalo Herman baik
padaku hanya karena kasihan...", lanjut Agnes. "Agnes sendiri tau, sejak
bangku SMP saja Herman sudah sangat menyukai Agnes...", kataku yang
kemudian terdiam karena kaget teringat bahwa aku telah mengungkit masa
lalu. Agnes diam sebentar, wajahnya sedikit murung, lalu ia melanjutkan
pembicaraan, "Agnes juga suka Herman kok dari dulu...", terlihat Agnes
sudah tegar menghadapi masa lalu nya yang suram. Aku lalu memeluknya
dengan kuat, "Maafin Herman, Nes...", kataku yang menyadari salahku.
"Mulai hari ini, Herman akan selalu menjaga Agnes...", janjiku
kepadanya.
Sebentar
Agnes meneteskan air mata, lalu aku menariknya untuk kedekat Chelsea.
Kami pun bermain bersama layaknya sebuah keluarga. Yah, kami memang
sudah menjadi keluarga. Chelsea pun sudah diajarkan untuk memanggilku
Papa, walaupun aku tidak tahu siapa ayah kandungnya, bahkan Agnes
sendiri juga tidak mengetahuinya dengan pasti. Namun perasaan aku
mengatakan bahwa Chelsea adalah darah dagingku, kami seperti ada ikatan
batin.
Kami
pun membuat sebuah istana pasir kecil sambil bercanda ria. Lepas dari
itu kami berenang, menghabiskan sepanjang hari ini di pantai. Chelsea
terlihat tersenyum lepas, ia mulai bisa melupakan kejadian sebelumnya.
Cintaku dan Agnes mulai bersemi kembali, ia juga mulai menerimaku
sebagai suaminya. Dan aku tak mau mengecewakannya lagi, cukuo sudah yang
terjadi di masa lalu.
Hari
sudah mulai sore, Agnes dan Chelsea mulai capek, kami pun mencari
tempat menginap yang tidak jauh dari sini. Dapat sebuah hotel yang cukup
mewah, kami pun segera ke kamar untuk mandi dan beristirahat.
Baring-baring sebentar lalu kami keluar lagi untuk mencari makan. Tak
mau mengecewakan Agnes dan Chelsea, aku pun membawa mereka ke restoran
yang cukup elit. Biarlah ini menjadi kenangan yang baik untuk mereka.
Selesai
makan, kami pun kembali ke hotel, karena Chelsea sudah merengek karena
ngantuk, sedari tadi ia menguap terus. Sampai di kamar hotel, seperti
biasa Agnes menyanyikan lagu untuk mengantar tidur Chelsea. Aku pun
menunggu di teras kamar yang memandang ke arah pantai, kemudian setelah
Chelsea terlelap, Agnes pun menyusul. Kami berbincang-bincang sejenak,
meyakinkan kembali hubungan kami, dan siap saling menerima kelebihan
maupun kekurangan masing-masing, melupakan masa lalu yang kelam untuk
menyongsong masa depan yang indah.
Agnes
terlihat cantik malam ini, gaun yang aku belikan untuknya terlihat
sangat cocok dikenakannya. "Bidadariku...", kataku sambil melihat Agnes
yang tetap cantik sedari dulu. "Ah, papa...", Agnes tersipu malu. Aku
terus menggodanya hingga ia mulai terbang, kemudian aku pun mengajaknya
untuk mengukir malam yang indah.
"Bagus
sewa satu kamar lagi pa... Tar kalo di sini malah ganggu tidurnya
Chelsea...", saran Agnes. "Hmmm....", aku mengangguk sambil mencubit
mesra ke dagunya. Kemudian aku menelpon ke pelayan hotel untuk
menyiapkan kamar sebelah. Tak lama kemudian kuncipun diserahkan. Kami
pun segera berpindah ke kamar sebelah.
Aku
dan Agnes belum pernah bercinta secara bebas, dulu di bangku SMP
percintaan kami dengan terpaksa, aku telah memperkosanya dengan kasar.
Kini hubungan kami sudah tanpa halangan, semoga malam ini menjadi malam
yang indah.
Begitu
masuk kamar, aku langsung merebahkan tubuh Agnes ke ranjang, lalu ku
peluk dan ku ciumi wajahnya. Keningnya, pipinya dan bibirnya tak luput
dari ciumanku. Lidah kami pun saling beradu dalam pergulatan bibir kami.
Agnes sudah piawai dalam hal ini, tubuhnya yang harum membuatku sangat
terangsang. Sambil berciuman, aku pun melepaskan kancing bajuku.
Sedangkan Agnes yang sedikit kesulitan melepaskan gaunnya, dengan
terpaksa melepaskan ciuman dan ia bangkit untuk melepaskan gaunnya.
Kini
kami sudah bugil tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh kami.
Tidak ada raut wajah malu lagi yang terpancar dari kami. Kami lalu
kembali berpelukan dan merebahkan diri di ranjang. Kami meneruskan
perang lidah kami, ku peluk erat tubuhnya hingga susunya nempel di
dadaku, sungguh nikmat. Lalu Agnes pun menurunkan tangannya untuk
menjamah penisku.
Kini
aku berada di bawah, Agnes terliat sangat agresif, sambil melumat
bibirku, tangannya pun sibuk mengocok penisku. Tanganku pun kini sudah
meraba susunya Agnes. Sudah entah ada berapa pria yang pernah bersetubuh
dengan Agnes, tapi aku tidak memperdulikannya lagi, bagiku yang lalu
cukuplah sudah berlalu.
Lidahku
menyisiri isi mulut Agnes, bagian dalamnya seperti gusi dan gigi terus
ku sapu hingga ke langit mulutnya, Agnes juga membalas dengan menyedoti
lidahku, sungguh permainan mulut yang cukup lama. Bibirnya pun terus
kugigit kecil, baik bagian atas maupun bawahnya. Terus beradu beberapa
menit hingga kami mulai bosan, dan ke tahap selanjutnya.
Aku
mulai menciumi lehernya, lalu menurun hingga ke dadanya. Kukenyot
susunya yang bagian kanan, sedangkan susunya yang bagian kiri kuremas
dengan tangan ku. Agnes sendiri menyodorkan dadanya padaku, cukup lama
aku menyantap payudara nya itu, hingga Agnes sendiri kegelian. Karena
posisinya di atas, ia lebih leluasa bergerak.
Ia
kemudian turun sehingga aku tidak bisa lagi menyedot susunya, ia
sengaja turun untuk mencapai daerah penisku. Tanpa ragu lagi, Agnes lalu
melahap penisku bagaikan sosis, diemutnya dengan semangat, layaknya
seorang perek yang sudah profesional. Sungguh nikmat sekali bisa
bersetubuh dengan orang yang kita cintai.
Agnes
terus mengulum batang kemaluan ku, kantung telurku pun tak luput
dimainkannya, baik dengan mulut maupun dengan jarinya. Kemudian ia
mengocok oenisku dengan tangannya, sungguh nikmat. Dijilatinya pangkal
pahaku hingga ke ujung penisku, membuatku sungguh tak bisa menahan geli.
Cukup
lama juga Agnes menyepong penisku, dan aku juga tidak mau
mengecewakannya, aku minta dia berputar agar kami bisa melakukan gaya
enam sembilan. Agnes pun berputar mengarahkan vaginanya ke wajahku.
Agnes mengulum penisku dan aku menjilati vaginanya, cukup adilkan? Ku
jilati bagian luar vaginanya sambil menusuk-nusukkan jari ku ke dalam
lubangnya. Ku jilat dan ku gigit kecil di bagian klitorisnya, Agnes pun
merasa geli, apalagi jari ku pun tak henti keluar masuk dan
mengobok-obok liang vaginanya. Agnes pun demikian, sesekali ia
melepaskan kulumannya dan mengganti kerja mulutnya dengan tangannya.
Gaya
enam sembilan kami berlangsung cukup lama, hingga kami sudah sangat
merasa di puncak, kami pun segera menghentikan pergulatan kami. Tak mau
cepat-cepat menyudahi percintaan kami, kami pun mengambil jeda
menenangkan kemaluan kami. Tak sampai dua menit, kami pun kembali
beradu. Kini aku sudah tak sabar menggenjot vagina Agnes, segera ku
tindih tubuhnya, lalu ku tuntun penisku untuk masuk ke lubang vagina
Agnes.
"Arghhhh........"
desah panjangku setelah penisku berhasil melesap masuk ke vagina Agnes.
Ku naik turunkan pinggulku untuk memompa Agnes. Agnes pun merem melek
kenikmatan merasakan rudalku mengocok di dalam vaginanya. Kemudian
kulmat bibirnya yang mungil. Tanpa henti terus kugenjot hingga
pinggangku pegal. Namun kenikmatan ini telah mengalahkan rasa capekku.
Walaupun
aku sudah banyak menikmati tubuh gadis lain, tapi hanya dengan Agnes
lah aku merasakan sensasi yang berbeda, sensasi yang timbul karena
benih-benih cinta yang tumbuh di hati ku. Sedangkan Agnes, ia juga telah
banyak mengalami persetubuhan, entah dia akan bosan denganku atau
tidak.
Sambil menggenjotnya aku
kembali teringat masa laluku serta mengingat apa yang telah Agnes
ceritakan pengalamananya. Dulu di bangku SMP, aku pernah memperkosanya
bersama teman-temanku secara bergantian, hanya hal sepele, karena Agnes
akan dijodohkan kepada seorang pria kaya, setelah memperkosanya, Agnes
ditinggalkan sendirian digubuk dan kemudian ditemukan oleh petani, Agnes
kemudian tak luput dari perkosaan itu lagi. Lebih malangnya lagi ketika
ia kabur, ia malah bertemu dengan pencari kodok, lagi-lagi ia
diperkosa. Kisah tragis dan memilukan itu aku melihatnya dengan jelas.
Setelah itu, Agnes pun pindah ke Jepang, dia tinggal bersama tantenya,
namun malangnya belum usai, ia menjadi budak cinta oleh om dan
sepupunya. Masih di Jepang, ia juga pernah diperkosa di dalam bus oleh
yakuza di sana. Hingga akhirnya ia mesti kabur dari Jepang ke Singapura.
Saat itu aku pernah mengunjunginya, tapi sudah telat, ia sudah bersuami
orang bule. Aku mengintip percintaan hardcore mereka, malangnya Agnes
tidak berhenti. Ketika suaminya bangkrut, ia malah dijual ke rekan
bisnis suaminya yang kasar. Oleh sebab itulah dengan terpaksa ia harus
kembali lagi ke Indonesia. Nasib sial beruntun masih terjadi, kami
diculik pria yang pernah dijodohkan dengan Agnes, dan pria itu
memperkosa Agnes. Kini Agnes sudah jadi milikku, tidak akan aku biarkan
seorang pria pun menyentuhnya.
Pergulatan
kami masih terus berlangsung, namun kami sudah berganti posisi, Agnes
mengambil posisi atas, ia mengocok penisku dengan vaginanya, pinggulnya
terus bergoyang dan bergoyang, maju mundur, dan kiri kanan. WOT maut
milik Agnes ini akhirnya membuatku berejakulasi, aku pun menyemprotkan
spermaku di dalam lubang vagina Agnes. Lalu kubaringkan Agnes, dengan
jari tanganku aku pun mengocok vaginanya yang belum juga berejakulasi.
Mula-mula satu jari, mungkin karena seringnya diperkosa, vagina Agnes
menjadi sedikit lebih longgar, ku tambahkan dua jari, hingga tiga jadi.
Ku keluar masukkan jariku dengan cepat, agar Agnes segera berejakulasi
dan aku bisa beristirahat. Beberapa menit kemudian kurasakan dalam
vaginanya sudah penuh dengan air, lalu kutarik jari ku, dan ternyata air
bercucuran menyembur keluar. "Arghhhhh........", desahan Agnes serentak
dengan aku yang langsung merebahkan badan.
Aku
pun kemudian memeluk Agnes, sambil berbicara sebentar, akhirnya kami
ketiduran. Sekitar pukul 00:00 aku terbangun lagi, melihat tubuh Agnes
yang masih telanjang bulat membuat penisku kembali mengeras, kuputuskan
untuk melanjutkan ronde ke dua. Agnes masih tertidur, ku coba buka
pahanya sehingga Agnes bergaya ngangkang, aku pun menusukkan penisku ke
vaginanya tanpa membangunkannya.
Ketika
penisku melesap masuk ke vaginanya, Agnespun membuka matanya. "Pa....",
panggilnya dengan mata yang masih sayup-sayup. Aku tidak menjawabnya,
tapi aku terus menggenjot vaginanya. "Pa... Ngantuk...", kata Agnes.
Matanya merem tanpa mau melawan, aku tidak mau menghiraukan rasa
kantuknya, malam ini malam terindah yang tidak boleh aku lewatkan. Agnes
sama sekali tidak mau bangun, mau tidak mau aku yang harus bekerja
ekstra dengan menggenjotnya dari atas, hanya posisi ini yang bisa aku
dapatkan. Keluar masuk penisku dari vaginanya sama sekali tidak
membuatnya meninggalkan rasa kantuknya. Ya sudah lah, pikirku, biar
Agnes sibuk dengan tidurnya, dan aku sibuk dengan vaginanya.
Sedikit
bosan karena tidak mendapatkan balasan dari Agnes, akhirnya kupercepat
iramaku, agar aku cepat mencapai klimak. Tubuh Agnespun bergoncang kuat
karena goyanganku, maju mundur mengikuti irama pompaanku. Dan akhirnya
'blleeessssss' kembali spermaku memenuhi isi vaginanya. Puas menyalurkan
hasrat aku pun kembali tidur. Agnes masih enak tidur tanpa mau
menghiraukanku. Sebentar saja aku kemudian terlelap kembali.
Sekitar
jam 03:45 aku tiba-tiba terbangun karena merasakan hangat di bagian
penis ku. "Mama?..." ternyata Agnes sedang mengulum penisku. Penisku
yang tadinya sedang tertidur, sontak langsung terbangun. Wah, ronde
ketiga nih pikirku dalam hati. Kini giliran aku yang pura-pura capek,
kubiarkan Agnes terus mengulum penisku. Asyik sekali, walaupun telah
menganggu tidurku, namun aku rela sekali. Hanya dengan terbaring saja,
aku dilayani istriku, enaknya, tanpa perlu keluar tenaga. Agnes terus
melumat penisku dan buah jakarku, membuatku sangat terangsang, namun aku
menahannya agar Agnes yang berusaha sendiri. Dan sesuai kemauanku,
Agnes bangkit dan berjongkok di atas penisku yang mengeras, ia
mengarahkan penisku ke lubang vaginanya, 'blessss' penisku langsung saja
melesap tepat ke vaginanya. Kini giliran Agnes yang bekerja ekstra, ia
terpaksa naik turun agar bisa memompa penisku. Asyik sekali rasanya,
percintaan seperti ini akan menjadi kenangan indah bagiku. Capek naik
turun, kini Agnes hanya memutar mutar pinggulnya, ke kiri, ke kanan, ke
depan dan ke belakang.
Cukup
lama Agnes memompaku, hingga ia sendiri telah berejakulasi, kurasakan
penisku basah seperti tenggelam di dalam gelas berisi air penuh. Air itu
bercucuran keluar membasahi sekitar pahaku. Agnes masih tidak mau
berhenti, ia mau sampai aku berejakulasi, thanks ya Nes, pikirku dalam
hati. Akhirnya aku pun berejakulasi untuk ketiga kalinya di malam ini.
Agnes
akhirnya lunglai dan terkapar menindihku, penisku masih tertancap di
vaginanya, dari keras hingga mengecil. Kemudian aku balikkan tubuh Agnes
agar ia bisa tidur di sampingku dengan nyenyak.
Terbangun
di jam 06:00 aku dan Agnes segera mandi dan berpakaian kembali.
Buru-buru kami menyusul ke kamar segera untuk memastikan Chelsea belum
terbangun dari tidurnya. Syukurlah, Chelsea masih tidur dengan nyenyak,
kalau saja ia terbangun maka akan membuatnya ketakutan karena tidak
melihat kami di kamar ini.
Setelah
Chelsea terbangun, kami kembali melanjutkan liburan kami, berkeliling
di pulau Bali, berbelanja dan berwisata sepuas kami. Dan tiap malamnya
aku mendapatkan percintaan yang spesial dari Agnes, bahkan lebih spesial
dibanding malam sebelumnya. Malam-malamku kini terus dihiasi dengan
mimpi yang sempurna.