Cerita Dewasa: Pesugihan Membawa Nikmat
Cerita Dewasa: Pesugihan Membawa Nikmat | Cerita Dewasa -
Kisah ini terjadi sepuluh tahun silam, ketika aku baru kelas satu SMU,
semua itu terjadi karena usaha bisnis ibu tiriku sepeninggalan almarhum
ayahku yang semakin menurun. Sementara aku anak satu-satunya belum bisa
berbuat banyak untuk membantu beban ibu tiriku itu.
Tibalah
suatu ketika ibu tiriku mengajakku ke daerah Jawa Tengah dimana konon
katanya disana ada sebuah kuburan yang memiliki kekuatan, dan apabila
diyakini akan mengabulkan segala keinginan kita dengan syarat bersedia
melaksanakan semedi serta segala persyaratan lainnya.
Tibalah
aku dan ibu tiriku di daerah tersebut, terbayang rasa ngeri seperti
yang biasa kulihat di tayangan-tayangan televisi dan film-film horror.
Namun ibu tiriku memberi tahuku agar bersikap tenang, dan selalu ingat
tujuan kami kesana, memang untuk merubah nasib.
Sesampainya
disana kami disambut oleh seorang laki-laki yang bertubuh agak tinggi
besar, yang dikenal sebagai penunggu gunung tersebut. “Tentu orang sakti
nih”pikirku dalam hati.
Aku
dan ibu tiriku diarahkan menuju sebuah rumah kecil menyerupai gubuk
ditengah hutan, saat itu hari sudah senja, sehingga suasana mulai sepi
dan hanya ada pelita kecil untuk penerangan di rumah itu.
Kami pun istirahat di gubuk itu sambil menunggu Mang Karsim si penunggu kuburan yang memandu kami tadi.
Tak
seberapa lama Mang Karsim pun datang, lalu dia menjelaskan syarat yang
harus kami penuhi, memang dari pengalaman yang sudah-sudah banyak yang
sukses sepulang semedi di sini asalkan bersedia memenuhi segala
persyaratan yang dikehendaki oleh kekuatan gaib disitu dengan sepenuh
hati.
Tampak
ibu tiriku berbincang-bincang dengan Mang Karsim dalam bahasa daerah,
intinya kami harus berada di gubuk itu selama lima hari sambil
melaksanakan semedi di kuburan yang ada di puncak gunung itu. Menjelang
jam dua belas aku dan ibu tiriku bersiap-siap menuju ke kuburan keramat
itu dengan membawa sesajen dan sebuah tikar, aku sedikit heran saat itu
ibuku mengenakan kain batik putih garis-garis hitam dan baju kebaya,
seperti mau ke undangan saja pikirku dalam hati.
Kamipun
berangkat menyusuri kegelapan dengan diterangi sebuah lentera kecil.
Sesampainya di kuburan, Mang Karsim langsung memimpin ritual khusus di
atas kuburan keramat itu. Setelah berlangsung sekitar empat puluh lima
menit, Mang Karsim menggelar tikar yang dibawanya, lalu mendekat ke arah
kami sambil mengatakan bahwa syarat terakhir sudah bisa dilaksanakan,
yaitu aku harus menyetubuhi ibu tiriku diatas tikar itu. Ya ampun kenapa
harus seperti itu sih, mana mungkin bisa begitu, pikirku dalam hati.
Aku saling menatap dengan ibu tiriku.
“Ya
sudahlah….kalau memang itu syaratnya..!” kata ibu tiriku dengan nada
pasrah. Mendadak tatapanku jadi kabur sesaat, dan agak limbung rasanya.
Kulihat ibu tiriku seperti bukan sosok yang biasanya, aku tidak mengerti
kenapa pikiranku jadi berubah seperti itu, saat itu ibu tiriku seperti
sosok perempuan yang menggairahkan birahiku. Dalam keadaan seperti
setengah sadar ibu tiriku, membisikkan sesuatu padaku.
“Kamu nggak usah takut, ikuti saja yang ibu lakukan” ungkapnya dengan nada pelan sambil membaringkan tubuhku di atas tikar itu.
Lalu
dia lucuti semua celana dan bajuku, aku diam seperti terkesima, saat
ibu tiriku mulai mengusap-usap kontolku, aku mulai merasakan
rangsangannya, perlahan-lahan kontolku mulai dikocoknya, akhirnya
kontolku ngaceng juga di tangan ibu tiriku. diapun hanya tersenyum
melihat kontolku yang dalam sekejap sudah tegang dan keras.
Sungguh tidak pernah kubayangkan sebelumnya, aku diperlakukan seperti itu oleh ibu tiriku.
“Punyamu
lumayan gede juga ya….”sambil terus menggenggam batang kontolku sambil
sesekali mengocoknya. Gila ternyata nikmat sekali rasanya, tangan ibu
tiriku, ingin sekali rasanya meremas-remas seluruh lekuk tubuhnya, tapi
mana mungkin pikirku.
Dia pun mulai memasukan seluruh batang kontolku ke dalam mulutnya, sampai mentok. “Aaakh…buuu…saya geli….!!” jawabku spontan.
“Iya…ibu
tahu…baru kali ini kamu merasakannya..!” ungkap ibu tiriku, yang terus
menjilati batang kontolku berulang-ulang, sambil diselingi dengan
kocokan, sampai-sampai aku kelojotan menahan rasa geli bercampur
nikmat.
Tanpa
kusadari ternyata kejadian itu tak luput dari pemantauan Mang Karsim,
kira-kira dari jarak du meter Mang Karsim memperhatikan gerakan ibu
tiriku yang tengah mengulum batang kontolku, lalu di memberi kode kepada
ibu tiriku agar segera memulai persetubuhannya denganku. Ibu tiriku
perlahan melepas kancing baju kebayanya dan melepas bra yang membungkus
payudaranya. Woow bulat, mulus dan masih kencang, mungkin karena ibu
tiriku cukup lama menjanda, sehingga payudaranya tidak pernah tersentuh
tangan laki-laki makanya terlihat masih utuh dan montok sekali.
Aku
semakin bergairah, dan sangat terangsang ketika ibu tiriku mulai
melonggarkan lilitan kain batik putih yang dipakainya, dan melilitkannya
kembali secara asal-asalan di pinggangnya, anggap saja memberi
keleluasaan agar dapat menyingkapkannya dengan mudah. Ternyata benar
dugaanku, ibu tiriku langsung terlentang dengan posisi kedua pahanya
yang sudah mengangkang.
“Ayo naik kesini…!”ungkapnya, sambil mengarahkan tangannya agar aku segera menuju ke tengah-tengah selangkangannya itu.
“Gimana bu…saya nggak ngerti..?”ungkapku bingung.
“Ya uda sini…ibu yang masukin anumu ke punya ibu..!” ungkapnya dengan manja.
“Blepp…plepp..cluppp..”
dalam sekejap saja batang kontolku terbenam seluruhnya ke dalam memek
ibu tiriku yang masih sempit dan empuk itu.
“Aaaakhh…..aaahh….ssshh…ooouh… ibuuu…!”aku mendesis merasakan nikmat dan hangatnya lobang memek ibu tiriku.
“Nggak apa-apa kan…..?”ungkap ibu tiriku sambil mengusap-usap punggungku.
“Ya uda jangan ragu-ragu….terus teken yang dalam..!”kata ibu tiriku mengajari aku.
Akupun
mulai menggenjot kontolku keluar masuk lobang memek ibu tiriku,
lama-lama aku jadi terbiasa dan bisa menikmatinya. Luar biasa sekali
nikmatnya pikirku. Saat itu tak terpikir lagi kalau yang sedang
kusetubuhi itu adalah ibu tiriku, yang pernah juga ditiduri oleh
ayahku.
Sebelumnya
tidak pernah terlintas dipikiranku untuk bersetubuh dengan ibu tiriku,
walaupun beberapa tahun silam sering kulihat ayahku saat lagi mencumbu
ibu tiriku ini. Setelah kami tinggal di rumah berdua pun tidak pernah
terlintas pikiran kotorku terhadap ibu tiriku, sekalipun dalam
kesehariannya di rumah, ibu tiriku selalu berpakaian seksi, seperti
mengenakan daster yang sangat pendek, bahkan tidak jarang ibu tiriku
tidur bersamaku dengan dasternya yang tersingkap kemana-mana sehingga
dari paha sampai pantatnya terlihat jelas tanpa sehelai benangpun
menutupinya, namun hal tersebut tidak pernah mengganggu pikiranku,
apalagi sampai membuatku ingin menyetubuhinya.
Tapi
kali ini aku benar-benar terangsang sekali, bahkan aku tengah
menyetubuhinya dengan penuh nafsu. Mang Karim pun ikut terbelalak
matanya sambil berkali-kali terlihat menelan ludahnya, saat ibu tiriku
berganti posisi menungging sambil menyingkapkan kain batik yang menutupi
bagian pantatnya, sehingga terlihat jelas dua bulatan pantatnya yang
menonjol, padat, putih, mulus. Akupun tidak menyia-nyiakan kesempatan
itu, segera kuelus-elus batang kontolku lalu kembali kuarahkan ke lobang
memek ibu tiriku dari belakang.
“Aaah…ssshhh…ooohh…ibuuu…nikma
t sekaliii..buu..!” ungkapku sambil terus meremas-remas bulatan pantat
ibu tiriku yang tengah menungging kearahku. Ibu tiriku memaju mundurkan
pantatnya sehingga terlihat kontolku seperti sedang diasah dalam memek
ibu tiriku.
Aku
heran juga melihat Mang Karim yang kelihatan gelisah sambil
mengelus-elus kontolnya sendiri, rupanya di terangsang melihat adeganku
tadi. Dia pun mendekatkan posisinya ke sebelahku, nampaknya dia
penasaran ingin melihat dari dekat adeganku dan mulusnya pantat ibu
tiriku yang lagi ku remas-remas dan kugenjot dengan kontolku itu.
Tiba-tiba saja Mang Karim pun menurunkan celana kolornya, lalu dia
keluarkan kontolnya yang sudah tegang mengacung ke atas, sorot matanya
terus tertuju ke pantat ibu tiriku yang lagi ku genjot itu.
”Saya nggak tahan juga Mas….!”katanya kepadaku, sambil mengocok kontolnya yang sudah ngaceng.
Kulihat
ibu tiriku yang lagi nungging menoleh kebelakang sambil tersenyum geli
melihat tingkah Mang Karim yang ikut-ikutan terangsang oleh tubuh
montoknya.
Kukembalikan
segera konsentrasiku pada tubuh ibu tiriku yang sedang kutunggangi
dengan penuh nafsu itu. Genjotanku semakin kupercepat, aku tidak tahan
seakan batang kontolku lagi diremas-remas oleh dinding memek ibu tiriku,
seperti dipijit-pijit, rasa geli bercampur nikmat, apalagi saat ibu
tiriku memainkan lobang memeknya menjepit batang kontolku saat
kubenamkan seluruhnya ke dalam.
“Aaaah….oouuw…iii..buuu…saa..y a…nggak tahaan…buuu…!”aku mengerang dengan penuh nikmat.
“Iyaaa….ayo terusin..sayang…sampai keluar ya…!” ungkap ibu tiriku terbata-bata karena hentakanku pada pantatnya.
Aku
mulai merasakan dorongan yang kuat yang hendak meletus, air maniku
seakan sudah di ujung kontolku, yang akan segera memuntahkannya ke dalam
lobang memek ibu tiriku.
Tiba-tiba
tubuhku terasa gemetar, darahku berdesir dengan cepat diseluruh
tubuhku, seakan menahan puncak birahi yang luar biasa nikmatnya, seiring
dorongan air maniku yang akan ku*kan keluar dari batang kontolku.
“Aaaahh….ooouuhh…ibuuu…crott…c rottt..crottt…
oouuuww..!!”
akhirnya air maniku muncrat, menyemprot keseluruh dinding lobang memek
ibu tiriku, sungguh betapa nikmatnya menyetubuhi ibu tiriku. Tidak
pernah terbayang olehku sebelumnya, kalau tubuh ibu tiriku yang
sehari-hari didepan mataku, ternyata bisa memberikan kenikmatan yang
luar biasa terhadapku.
Aku
terkulai lemas diatas tikar, sementara ibu tiriku yang masih dalam
posisi nungging, terlihat membersihkan sisa air maniku yang berceceran
di atas memeknya dengan menggunakan kain batiknya, dia pun tersenyum
puas atas kebolehanku tadi, sambil mengusap-usapkan kain batik tadi ke
batang kontolku yang mulai kembali ke ukuran semula.
Tinggallah
Mang Karsim saat itu yang terus mengocok kontolnya sendiri. Melihat hal
itu ibu tiriku segera bangun dan duduk di atas tikar, lalu diraihnya
batang ****** Mang Karsim yang sedang tegang-tegangnya itu. Aku jadi
tambah bingung, kok ibu tiriku mau megangin ****** Mang Karsim, mungkin
sekalian kotor barangkali, atau sebagai bonus saja buat dia yang sudah
memandu kami, pikirku dalam hati.
“Aduh
bu….enak tenan…bu..!” Mang Karsim berguman sendiri. Karena sudah tidak
tahan sejak tadi melihat kemolekan dan kemulusan tubuh ibu tiriku, Mang
Karsim bagaikan ketiban durian runtuh, seumur-umur baginya tidak pernah
melihat tubuh semulus itu. Dia pun mengerang sekuatnya berusaha menahan
air maninya agar tidak segera keluar, dia ingin lebih lama kontolnya
dikocok oleh ibu tiriku, maklumlah bagi dia kesempatan seperti ini belum
tentu dia dapatkan sepuluh tahun sekali. Namun apa daya air mani Mang
Karsim tak bisa dibendung lagi, ibu tiriku memang sangat paham sekali
bagaimana cara memuncratkannya dengan cepat, melalui sedikit
sentuhan-sentuhan rahasia di bagian tertentu pada batang ****** Mang
Karsim, akhirnya air mani Mang Karsim tumpah ruah di kain batik putih
yang dipakai ibu tiriku, bahkan saking bernafsunya air mani Mang Karsim
sebagian menyemprot di payudara ibu tiriku, air mani Mang Karsim
terlihat kental sekali, mungkin karena sudah sepeluh tahun dia menduda.
Tidak
lama kami pun bergegas kembali ke gubuk untuk istirahat, sementara Mang
Karim malam itu dengan setia menunggui kami sampai tertidur di emper
gubuk. Sementara aku berada satu kamar bersama ibu tiriku dalam gubuk
itu, tentu atas permintaan dari ibu tiriku sendiri agar aku menemaninya.
Malam ibu tiriku bertanya padaku bagaimana perasaanku, sambil
menghiburku agar tidak kaget atas kejadian di kuburan keramat itu.
“Saya takut bu….sa..ya…bi…ngung…” sambil terbata-bata.
“Iya ibu tahu…ibu ngerti…tapi kamu hebat…” ibu tiriku memotong pembicaraanku.
“Maksud ibu hebat gimana…?” ungkapku dengan penuh rasa heran.
“Itu
lho…. ibu baru lihat…ternyata punyamu besar sekali..” ungkap ibu tiriku
sambil berbisik kepadaku. Aku diam saja mendengar pernyataan itu.
“Ibu jadi tertarik aja melihatnya tadi….sampe sekarang terbayang terus…!”kenangnya.
“Iya bu, saya juga baru tadi aja melihat tubuh ibu dengan jelas…!” ungkapku dengan malu-malu.
“Kamu suka nggak…seperti tadi dengan ibu…?” ungkap ibu tiriku sambil berbaring menghadap ke arahku.
“Hhmm…iya..iya..bu..saya suka.., enak bu..saya baru merasakan begitu.!”
“Kalau
kamu mau, ibu tidak keberatan kamu setubuhi ibu seperti tadi kapan aja
kamu mau, asal jangan ada orang lain yang tahu..ya…!” tegasnya, sambil
kembali meraih kontolku yang sudah mengecil, lalu di usap-usapnya dengan
lembut.
“Kamu suka nggak ibu ginikan…?” ungkapnya dengan nada yang genit, sambil sesekali batang kontolku dikocoknya.
“I..ya..bu…ssshhh.. ge..li..buu..!” ungkapku terbata-bata.
Ibu tiriku pun semakin jadi memainkan kontolku, dikulumnya dalam-dalam, lalu dijilat-jilat ujungnya dengan gemas.
“Aaahh…oouww…ibuuu…”
aku mulai merintih menahan geli bercampur nikmat. Dalam sekejap
kontolku sudah mengacung tegang keatas, melihat hal itu ibu tiriku
semakin bergairah melumat habis batang kontolku mulai dari bijinya
sampai ke ujung, terus berulang-ulang.
“Kamu
juga boleh pegang-pegang memek ibu…!” ungkapnya sambil menarik tanganku
dan menempelkannya di atas lobang memeknya persis. Rupanya ibu tiriku
sudah sejak tadi terangsang sewaktu melihat kontolku mulai ngaceng,
terlihat dari memeknya sudah terasa basah. Tanganku yang satu lagi
meraba payudara ibu tiriku yang begitu menggemaskan. Kain batik putih
yang dipakainya pun sudah terlihat acak-acakan karena rabaan dan
remasanku yang mulai berani ke seluruh bagian tubuhnya yang sangat
menggairahkan itu.
“Ayo masukin…..ibu udah nggak tahan nih…!” ungkapnya dengan nakal.
Tanpa pikir panjang lagi langsung kubenamkan seluruh batang kontolku ke lobang memek ibu tiriku itu.
“Aaaah….oohhh…oooh…!!”
aku mulai merancu tidak karuan saking luar biasa nikmatnya. Aku
langsung menggenjot batang kontolku keluar masuk di dalam lobang memek
ibu tiriku itu.
Ibu
tiriku terlihat begitu seksi sekali dalam keadaan setengah bugil
seperti itu. Kain batiknya melorot ketarik oleh genjotanku. Tak lama
kubalikan tubuh ibu tiriku agar posisinya membelakangiku. Woow pantatnya
yang montok dan gempal terlihat menungging persis di depan kontolku
yang sudah sangat tegang, langsung saja kusodokkan ke lubang syurga ibu
tiriku.
“Aaw…aaw….ouww…nikmat
sekaliii…!!” ibu tiriku merintih sambil menahan hentakan batang
kontolku yang makin dalam. Tiba-tiba pantat ibu tiriku mulai terlihat
gemetar seakan sudah mendekati orgasme.
“Aaaaw….ibu
mau keluaaar….creekk crerkk creek” air mani ibu tiriku muncrat sewaktu
kontolku menusuk-nusuk memeknya yang empuk dan padat itu.
Aku
terus menggenjotnya, gerakanku semakin cepat, batang kontolku pun
terlihat semakin gencar menghunjam lobang memek ibu tiriku. Ibu tiriku
memang pandai, dia putar-putar pantatnya bergoyang berlawanan dengan
genjotanku, sampai akhirnya aku merasa seperti di pilin-pilin nggak
karuan.
“Aaaaw…oouhh….crottt..crottt…c
rottt.. uuhh..!!” air maniku tiba-tiba saja muncrat tak tertahankan
dalam lobang memek ibu tiriku. Gila aku benar-benar nggak kuat lagi
menahannya, memang luar biasa permainan ibu tiriku, tidak kuduga sampai
seperti ini kenikmatan yang tersimpan dalam tubuh montoknya, ungkapku
dalam hati.
Puas
sekali rasanya, akupun kembali terkulai lemas disebelah tubuh ibu
tiriku, begitu gencarnya permainan tadi, tanpa kusadari kain batik
panjang ibu tiriku telah melilit ketat dari kaki sampai kepinggangku,
mengikatku jadi satu dengan tubuh ibu tiriku, kami pun terbalut rapat
sehingga sulit bergerak, karena dinginnya udara malam di tengah hutan
saat itu, akhirnya aku dan ibu tiriku membiarkan tubuh kami dalam
keadaan berpelukan seperti itu sampai pagi harinya.